Mengenal Biofilm dalam Tambak Udang

| Tue, 19 Jan 2021 - 15:27

Meski bukan sesuatu yang baru di dalam dunia akuakultur, pembahasan soal biofilm di kalangan para pelaku usaha perikanan budidaya, terutama tambak udang relatif jarang dilakukan. Padahal biofilm mempunyai peran yang cukup serius pada tambak udang. Di satu sisi, biofilm disinyalir jadi pemicu beberapa wabah penyakit seperti EMS (Early Mortality Syndrome) dan WFD (White Fecess Desease), di sisi lain ia juga berperan dalam menjaga kualitas air dan menekan bakteri patogen. Tetapi apa sebetulnya biofilm itu?

 

Menurut Dosen Perikanan dan Ahli Mikrobiologi dari Universitas Brawijaya, Andi Kurniawan, secara sederhana biofilm bisa diartikan sebagai suatu komunitas atau kumpulan mikroorganisme bakteri yang menempel pada pada beragam substrat. Mulai dari dasar tambak hingga peralatan yang biasa digunakan pada budidaya udang. 

 

Menurutnya, hingga 99 persen bakteri hidup dengan membentuk biofilm. Dalam webinar yang diadakan oleh Minapoli beberapa waktu yang lalu, Andi menyebutkan bahwa konsep tentang biofilm penting dipahami agar bisa membuat perlakuan berbasis mikroba yang tepat dalam usaha budidaya udang. 

 

Baca juga: Probiotik Herbal Kreasi Mahasiswa KKN Undip, Panen Ikan Lele Hanya 1 Bulan


Ia menjelaskan bahwa bakteri di suatu perairan membentuk komunitas sebagaimana manusia memiliki rumah dan bermasyarakat. Seperti manusia di dalam rumah, bakteri pun hanya menjadi bagian kecil dari struktur bangunan biofilm. Menurut Andi, persentase bakteri dalam suatu biofilm tidak lebih dari 10 persen saja. Sebagian besarnya adalah EPS (Extracellular Polimeric Substance) pembentuk utama biofilm. 

 

“Sehingga kalau orang ingin mengganggu kita, ingin mempengaruhi kita dengan hanya  mempertimbangkan keberadaan kita tanpa konsep rumah, tidak akan masuk dan tidak akan jalan. Kalau kita hanya ingin memanfaatkan atau menghindari dampak negatif mikroba dengan  melihat mikroba sebagai single cell, tidak hidup di dalam rumah, maka wajar kalau konsepnya salah dan tidak tepat,” jelas Andi. 


Baca juga: Probiotik dalam Akuakultur


Manfaat Biofilm

Seperti sifat bakteri itu sendiri yang bisa memberi dampak positif dan negatif bagi kegiatan budidaya, biofilm pun memiliki peran ganda yang sama. Ia bisa memberikan manfaat dan sekaligus bisa membahayakan budidaya. 

 

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Andi, biofilm bisa berperan dalam mengurangi bahan organik seperti amonium di dalam tambak. Selain itu, biofilm juga bisa mengakumulasi dan immobilisasi (menahan) berbagai bahan pencemar, termasuk ion nutrien. “Ion nutrien kalau jumlahnya sudah sangat banyak bisa menyebabkan eutrofikasi. Biofilm membantu menangkap ini. Sehingga bisa digunakan untuk mengatasi pencemaran nutrien dalam air,” kata Andi.

 

Dalam suatu artikel padas jurnal Aquaculture (2002) yang ditulis oleh Thompson dkk.*, menyebutkan bahwa penurunan konsentrasi amonium sangat erat kaitannya dengan peningkatan mikroalga chlorophyll-a pada biofilm. Ia menyimpulkan bahwa amonia pada wadah budidaya yang mengandung biofilm banyak diserap oleh mikroalga tersebut sebagai sumberdaya untuk memperbanyak diri. 

 

Baca juga: Probiotik, Pencegah Penyakit dan Pendorong Produksi Perikanan Budidaya


Selain menjaga kualitas air, biofilm juga bisa berperan dalam menahan pertumbuhan bakteri patogen. Dalam jurnal yang sama,  Thompson dkk. mengutip Karanusagar (1996) yang menyebutkan bahwa biofilm berpotensi untuk mengikat bakteri-bakteri patogen pada budidaya udang seperti Vibrio harveyi. Namun di sisi lain ia juga menyarankan agar biofilm tetap dibersihkan dalam wadah budidaya. 

 

Hal senada disampaikan Andi, menurutnya meski biofilm memiliki manfaat dalam menjaga kualitas air dan menekan patogen, tapi ia tidak menyaran biofilm ditumbuhkan dan dipelihara dalam kolam budidaya bersamaan dengan udang. Ia lebih menyarankan pemanfaatannya dilakukan pada kolam treatment. Sebabnya, kata Andi, treatment untuk mengurangi bakteri patogen pada kolam budidaya akan lebih efektif dilakukan saat persiapan air.


Artikel Asli


Artikel lainnya