• Home
  • Infomina
  • KKP Dorong Pengembangan Akuakultur Berbasis Digital

KKP Dorong Pengembangan Akuakultur Berbasis Digital

| Wed, 06 Jun 2018 - 22:32


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pengembangan  inovasi sistem informasi berbasis digital guna menjamin konektivitas rantai sistem bisnis akuakultur.
 
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengapresiasi  banyaknya start up yang melakukan berbagai inovasi digital di bidang akuakultur. Hal tersebut disampaikan Slamet saat membuka sekaligus menjadi pembicara kunci dalam acara seminar DIGIFISH 2018 "Connecting Aquaculture Through Digital Innovation" di Menara Multimedia Telkom, Jakarta (7/5).
 
Slamet menyampaikan bahwa digitalisasi sistem informasi akuakultur memiliki arti penting dalam mendorong terjadinya transformasi sistem bisnis akuakultur yang lebih efisien. Menurutnya,  ada 4 (empat) faktor yang menjadi isu transformasi yaitu: (1) mendorong peningkatan efesiensi dan daya saing bisnis akuakultur dengan fokus pada pengembangan komoditas unggulan; (2) optimalisasi pemanfaatan potensi lahan budidaya berbasis daya dukung lingkungan; (3) membangun rantai sistem produksi akuakultur dari hulu ke hilir secara menyeluruh; serta (4) integrasi kegiatan dan anggaran antara stakeholder terkait.
 
Untuk itu, Slamet menambahkan bahwa transformasi industrialisasi akuakultur yang modern harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu (1) harus berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya alam (SDA) secara efisien, penciptaan nilai tambah dan produktivitas secara optimum; (2) mendorong keterampilan tenaga kerja melalui peningkatan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) terlatih; dan (3) pembukaan akses pasar yang luas (hyperkoneksi), daya saing tinggi, dan efisiensi manajemen.
 
Ia menambahkan bahwa digitalisasi juga merupakan bagian upaya KKP dalam memodernisasi sistem informasi kagiatan akuakultur guna ebih meningkatkan kualitas, ketepatan dan efisiensi waktu dalam setiap rantai bisnis.
 
"Digitalisasi ini akan menjadi jembatan modern bagi seluruh stakeholder perikanan budidaya. Dengan begitu akan terjamin konektivitas secara efisien diantara stakeholders. Dalam hal akses pasar, sistem ini akan mampu menjamin efesiensi rantai pasar, untuk kegiatan on farm akan lebih efisien waktu, tenaga dan proses”, jelas Slamet.
 
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, koordinator Manajemen Program Digital Amoeba Telkom, Fauzan Feisal menyampaikan bahwa Telkom Indonesia sangat mendukung digitalisasi sektor-sektor ekonomi di Indonesia, salah satunya dimulai dari sektor agribisnis. Melalui program Digital Amoeba (sebagai pengelola inovasi dari karyawan), Telkom memulai pembangunan jaringan kerja digitalisasi dengan industri perikanan budidaya, karena kunci sukses digital adalah people, inovasi dan sharing-economy.
 
Salah satu inovasi digital akuakultur hasil kreasi anak muda yaitu Minapoli, yang mengambil peran sebagai hub jaringan informasi dan bisnis perikanan. Sebagaimana disampaikan oleh CEOnya, Rully Setya Purnama, penyelenggaraan event Digifish 2018 dengan tema Connecting Aquaculture through Digital Innovation ini salah satunya untuk memperluas dan memperkuat jaringan perikanan agar tercipta sinergi yang lebih erat dan lebih baik bagi perkembangan industri perikanan ke arah yang lebih positif.
 
Pada acara yang sama juga ditampilkan berbagai inovasi digital yang mulai berkembang di bidang akuakultur diantaranya E-fishery, Iwa-Ke, fisHby, Jala, InFishta dan Growpal.  E-fishery adalah teknologi pintar sebagai solusi pemberian pakan yang mudah dan efisien untu mengintegrasikan untuk pemberian pakan dengan metode continuous feeding untuk memenuhi pola makan udang yang terus menerus. Kemudian, Iwa-Ke merupakan start up yang bergerak dalam bidang distribusi beragam ikan seperti ikan nila merah, patin dan gurami melalui sarana informasi digital untuk pemasaran antaranya Go-Jek, Iwa-Ke Depot serta telah memiliki mitra pembudidaya lebih dari 60 Ha dan jaringan pembudidaya diberbagai provinsi.
 
FisHby merupakan start up digital akuakultur untuk menggalang dana yang dibutuhkan oleh pembudidaya kemudian menyalurkannya sesuai dengan perjanjian di awal. Berbeda dengan fisHby, Jala merupakan solusi bertambak udang yang menawarkan sistem manajemen terkini, dengan berbasis data, untuk membantu petambak untuk membuat keputusan manajemen yang tepat berdasarkan informasi aktual yang terjadi di tambak. 
 
Dalam hal investasi akuakultur, start up berbasis digital seperti InFishta membantu pencarian modal invertasi perikanan yang dapat berdampak sosial sehingga membantu pembudidaya ikan untuk mendapatkan sumber modal, sekaligus mendapatkan keuntungan. Kemudian, Growpal memberikan peluang untuk membuat perubahan secara sosial melalui penanaman investasi dengan keuntungan yang menjanjikan di sektor perikanan dan kelautan.
 
Pemanfaatan teknologi informasi berbasis digital telah dilakukan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) yaitu pertama, sistem perizinan online melalui aplikasi kegiatan usaha bisnis akuakultur (AKUBISA) yang meliputi izin pemasukan ikan hidup (SIAPIH), izin pengangkutan ikan hidup hasil budidaya (SIKPI), serta rekomendasi pembudidayaan ikan penanaman modal (RPIPM). Kedua, pemanfaatan teknologi informasi melalui inovasi teknologi untuk mendorong peningkatan produktivitas, efisiensi usaha perikanan budidaya dan meningkatan daya saing produksi melalui aplikasi pemanfaatan autofeeder, penerapan budidaya sistem bioflok, serta budidaya sistem keramba jaring apung (KJA) offshore yang berbasis pada teknologi digital.


Sumber : http://kkp.go.id/djpb/artikel/3929-kkp-dorong-pengembangan-akuakultur-berbasis-digital

 

Artikel lainnya