• Home
  • Infomina
  • Ciri Bioflok Berhasil dan Gagal Serta Contohnya

Ciri Bioflok Berhasil dan Gagal Serta Contohnya

| Thu, 29 Jul 2021 - 14:06

Konsumsi ikan pada saat ini juga mulai dicanangkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan terdahulu, Susi Pudjiastuti dengan semboyan “Ayo makan ikan”. Semboyan tersebut masyarakat mulai sadar akan pentingnya mengkonsumsi ikan. Dengan tingginya minat mengkonsumsi maka harus diiringi dengan tingginya produksi ikan.

 

Di dunia perikanan sudah bermunculan inovasi dalam arti budidaya ikan. Kemajuan teknologi menuntut para peternak dengan mengubah pola budidaya ikan menjadi lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Salah satunya adalah pembuatan bioflok.

 

Pembuatan bioflok tidak serta merta dibuat tanpa persiapan. Peternak yang handal akan menyiapkan metode terbaik sebagai upaya untuk meningkatan kualitas bioflok yang dibuatnya.

           

Bioflok

Bioflok adalah  sistem yang digunakan oleh peternak sebagai metode memanfaatkan organisme sebagai pakan ternak khususnya ikan. Bioflok secara harfiah merupakan bahan organik yang dimanfaatkan sebagai upaya pembuatan pakan dalam bentuk gumpalan.


Baca juga: Sistem Bioflok, Teknologi Budidaya Baru untuk Ikan Nila 

 

Secara arti bioflok berasal dari bahasa asing yang berarti “kehidupan” dan “gumpalan”. Sehingga dapat diartikan sebagai gumpalan pakan yang diperoleh dari bahan hidup seperti bahan organik atau organisme.

 

Ciri Bioflok

Sejatinya setiap peternak handal akan mengelola peternakan ikan secara baik dan benar. Namun tak melulu bioflok berhasil diterapkan. Oleh sebab itu terdapat dua karakteristik bagaimana bioflok yang berhasil dan yang gagal. Berikut penjelasannya;

 

Bioflok Berhasil

Berikut beberapa ciri bioflok yang baik :

 

Ketebalan Bioflok Berkisar antara 10 Sampai dengan 12 cm

Dalam pembuatan bioflok memerlukan peran serta aktivitas organisme. Salah satu bakteri yang dipelukan adalah Bacillus coagulans yang berperan dalam pembentukan asam laktat. Bacillus coagulan merupakan bakteri asam laktat yang dapat menghasilkan eksopolisakarida dalam pembentukan flok.

 

Baca juga: Manfaat Berlipat dari Budidaya Nila Sistem Bioflok


Selain itu terdapat beberapa bakteri yang berperan sebagai pensintesis nutrisi seperti Bacillus licheniformis yang berperan dalam siklus nitrogen. Sintesis ini berfungsi agar kandungan N bahan organik dapat terurai.

 

Bioflok standarnya memiliki ketebalan berkisar antara 10 sampai dengan 12 cm. Ketebalan yang pas akan berpengaruh terhadap konsumsi ikan terhadap bioflok. Kandungan C/N rasio yang sudah seimbang akan membentuk inti dalam pembentukan flok.

 

Kondisi Air pada pH Netral

Kondisi pH pada kolam dengan bioflok yang berhasil apabila diukur dengan ph meter maka kondisi pH berada pada kisaran 7 atau netral. Adanya perubahan keasaman hanya berubah berkisar 0,02 – 0,2. Derajat keasaman air pada kolam stabil pada rentang angka tersebut. Apabila terjadi perubahan atau kenaikan pH hanya terjadi pada pagi hari dan sore hari.

 

Kondisi pH yang netral karena perombakan pada bahan organik melalui aktivitas mikroba berjalan semestinya, sehingga tidak akan terjadi penumpukan yang menyebabkan turun atau naiknya pH air.


Baca juga: Tips Membuat Bioflok untuk Budidaya Nila

 

Bioflok Tidak Berbusa

Penyebab air kolam berbusa salah satu kemungkinannya disebabkan fenomena ledakan alga atau disebut algae blooming. Proses pemupukan yang berlebihan atau overdosis dalam penggunaan katalis plankton merupakan penyebab terjadinya kondisi tersebut.

 

Kolam berbusa menyebabkan kondisi air menjadi pekat, hal ini dapat dihindari dengan pengurangan air sebanyak 30% dan kalsium peroksida (CaO2) untuk menangani permasalahan tersebut.

 

Air Berwarna Coklat Muda atau Krem

Kunci keberhasilan bioflok adalah kondisi air yang baik. Kondisi air secara fisik seperti warna merupakan indikator keberhasilan bioflok. Warna air pada kolam bioflok memiliki ciri berwarna coklat muda atau krem.

 

Warna air disebabkan oleh terlarutnya sisa pakan maupun bahan organik dari kotoran ikan yang terkandung pada air kolam. Perubahan warna menjadi coklat merupakan suatu hal wajar karena menggunakan bakteri dalam pemanfaatan bioflok sebagai suplemen pakan.


Baca juga: Probiotik Herbal Kreasi Mahasiswa KKN Undip, Panen Ikan Lele Hanya 1 Bulan

 

Tidak Berbau

Kondisi kolam dengan sistem bioflok yang berhasil adalah dengan tidak adanya bau pada air. Bau pada kolam bioflok dapat disebabkan karena menumpuknya kotoran di dasar kolam. Penumpukan kotoran maupun sisa-sisa pakan dapat menyebabkan perombakan bahan organik secara berlebihan sehingga terjadi penumpukan amonia yang sangat tinggi.

 

Tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan agar tidak berbau dengan mengganti air sebanyak 30%, menambah aerasi, probiotik dan molase (tetes), diikuti dengan pengapuran pada malam hari. Lakukan penyifonan dan berikan garam secukupnya.

 

Bioflok Gagal

Berikut beberapa ciri bioflok yang gagal :

 

Bioflok Tidak terbentuk

Salah satu ciri utama bioflok gagal adalah bioflok tidak terbentuk. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh bahan organik masih belum cukup, penyusun inti flok kurang, C/N rasio tidak sesuai (terlalu rendah), dan gangguan cuaca (hujan) sehingga konsentrasi air terlalu tinggi dan bioflok tidak dapat mengendap.

 

Bioflok Terlalu Pekat

Bioflok yang terbentuk namun terlalu padat dapat dikatakan bahwa bioflok yang dibuat juga tidak berhasil. Dengan kata lain, bioflok yang terlalu pekat atau kental dapat mempengaruhi kondisi air pada kolam lele. Kondisi tersebut perlu dihindari karena adanya bioflok terlalu pekat dapat mempengaruhi ikan karena minimnya kandungan oksigen terlarut dalam kolam. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ikan apabila suplai oksigen tidak tercukupi.

 

Baca juga: Probiotik, Immunostimulan, dan Manajemen Kualitas Air


Kondisi pH pada Air Terlalu Masam

Bahan bioflok yang merupakan susunan dari bahan organik memberikan dampak terhadap perubahan pH air pada kolam. Kandungan bahan organik terlarut akan menurunkan pH air sehingga meningkatkan keasaman air pada kolam bioflok.

 

Kondisi pH air yang masam berdampak terhadap kandungan oksigen terlarut pada air. Apabila kandungan oksigen rendah maka aktivitas pernapasan akan menurun dan menyebabkan bakteri anaerob mudah berkembang dan memunculkan parasit air.

 

Warna Air Terdapat Warna Putih Keruh

Warna air yang terlalu keruh dan berwarna putih mengindikasikan kandungan kapur dan mineral yang terlalu tinggi. Kandungan ini pada beberapa budidaya perikanan sangat tidak dianjurkan karena akan menaikan pH dan menjadikan kondisi air menjadi basa.

 

Kondisi ini dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat karena tingkat kesadahan air menjadi terlalu tinggi. Selain itu dampak lain dari tingginya kesadahan air adalah menyebabkan aerasi kolam menjadi buruk.

 

Baca juga: Probiotik, Pencehgah Penyakit dan Pendorong Produksi Perikanan Budidaya


Adanya Endapan

Bioflok tentu akan dikatakan berhasil apabila lapisan bioflok terbentuk di permukaan kolam. Apabila bioflok tidak berhasil terbentuk, maka akan terjadi pengendapan pada dasar kolam. Pengendapan biasanya berupa bahan organik yang berasal dari sisa kotoran ikan yang tidak terurai dan sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan

 

Pengendapan bahan organik pada dasar kolam akan menyebabkan tingginya kadar organik terlarut dalam air. Kondisi tersebut dapat menyebabkan ikan mengalami kematian massal karena keracunan senyawa berbahaya.

 

Nah, itulah tadi ulasan lengkap yang bisa kami bagikan pada segenap pembaca sekalian yang berkaitan dengan ciri-ciri bioflok yang dinilai berhasil dan gagal serta contohnya. Semoga memberikan bahasan bacaan yang bisa mencerdaskan. Terima Kasih.


Sumber: dosenpertanian.com


Artikel lainnya