
Cara Budidaya Udang Vaname dari Perencanaan sampai Panen
| Thu, 27 Mar 2025 - 09:58
Budidaya udang vaname menjadi salah satu pilihan bisnis yang menawarkan keuntungan besar yang beriringan dengan permintaan pasar yang konstan dan kian meningkat.
Akan tetapi, bisnis dengan proyeksi keuntungan yang besar memiliki risiko yang seimbang, termasuk budidaya udang vaname.
Oleh karena itu, calon petambak dan pembudidaya harus memiliki pemahaman mengenai cara budidaya udang vaname sebelum mulai berbisnis.
Artikel ini akan menjelaskan langkah demi langkah proses budidaya udang vaname agar Anda bisa memulai dengan persiapan yang matang dan mengurangi risiko kegagalan. Simak sampai akhir ya!
Tahap Perencanaan
Sebelum memulai budidaya, perencanaan yang matang sangat penting. Berikut adalah beberapa aspek yang harus diperhatikan.
Permodalan Usaha
Jumlah modal budidaya udang vaname sangat bergantung pada luasan lahan, lokasi, dan tingkat teknologi & sistem yang akan digunakan. Semakin luas lahan dan tinggi teknologi yang digunakan, maka semakin tinggi modal awalnya.
Modal umumnya dibagi menjadi:
- Biaya investasi yang hanya dikeluarkan sekali sebelum usaha dimulai, mencakup pembuatan bangunan, serta pembelian dan pemasangan infrastruktur tambak
- Biaya operasional yang dikeluarkan tiap akan memulai siklus budidaya, mencakup biaya tenaga kerja, listrik, BBM, dan pembelian sarana tambak sekali pakai
Cek selengkapnya modal tambak udang di sini
Pemilihan Lokasi
Poin utama dari pemilihan lokasi adalah memiliki akses air bersih, baik dari laut, sungai, atau sumur bor. Selain itu, diupayakan untuk memilih lokasi dengan kondisi air yang masih bagus, tanpa kandungan patogen penyebab penyakit yang tinggi.
Salinitas air ideal untuk udang vaname berkisar antara 15-25 ppt. Lokasi juga diupayakan memiliki akses transportasi untuk memudahkan distribusi hasil panen.
Terakhir, jangan lupa untuk cek kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar tambak yang akan menjadi faktor eksternal kelancaran budidaya nantinya.
Perizinan
Mengurus perizinan sangat penting untuk memastikan bisnis budidaya memiliki legalitas hukum ketika nanti berjalan.
Total izin yang perlu diurus untuk membuka tambak kurang lebih ada 21 jenis izin, antara lain:
- Izin Peruntukan Penggunaan Tanah
- SIUP Perikanan
- Izin Pembuangan Air Limbah Cair
- Izin Mendirikan Bangunan
- dan lain-lain
Perizinan ini mencakup berbagai level kepemerintahan baik dari dinas terkait, pemerintah daerah, atau kementerian pusat.
Proses perizinan mungkin memakan waktu, jadi sebaiknya persiapkan dari jauh-jauh hari agar tidak menghambat persiapan lainnya.
Unit Tambak & Desain
Desain tambak harus mengutamakan efisiensi lahan, kelancaran operasional, dan kemudahan pengelolaan.
Umumnya tambak udang berbentuk persegi panjang dengan saluran air masuk dan keluar yang terpisah. Tambak tersebut terbagi menjadi beberapa petakan dalam luasan tertentu.
Kedalaman tambak bergantung pada kepadatan tebar dan tingkat teknologi yang diimplementasikan, mulai dari 70 cm hingga 2 meter lebih.
Berbagai unit tambak umumnya terdiri dari:
- Petakan tambak
- Pompa air
- Gudang pakan
- Mess karyawan
- Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL)
- Tandon atau reservoir
- Saluran pembuangan air
- dan lain-lain
Penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Pekerja
Para karyawan yang dipekerjakan harus memiliki beberapa persyaratan dan skillset tertentu sesuai bidangnya.
Karyawan di bidang teknis budidaya terdiri dari teknisi tambak, feeder, dan laboran. Pekerja di bidang teknis budidaya harus memahami dasar-dasar budidaya, termasuk cara mengontrol pakan, kualitas air, hingga pengendalian penyakit.
Karyawan di bidang mekanikal dan kelistrikan juga dibutuhkan untuk proses maintenance infrastruktur tambak sebagai aspek fundamental operasional.
Selain itu, terdapat juga beberapa karyawan yang dibutuhkan di bidang lain seperti keamanan, HRD, serta procurement.
Tahap Prabudidaya
Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan tambak agar siap menampung benur serta mendukung proses budidaya secara optimal.
Pembersihan Tambak
Tahap membersihkan tambak dari lumpur dan kotoran. Tahap ini merupakan tahap awal dari sterilisasi yang dilakukan secara fisika untuk menghilangkan kotoran yang terlihat.
Tahap pembersihan tambak dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode basah dan kering.
Metode kering dapat menggunakan alat keras dan sikat untuk membersihkan lumut serta kerang yang menempel.
Metode basah juga dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi untuk membersihkan secara keseluruhan.
Sterilisasi Wadah
Tahap ini merupakan cara budidaya budidaya udang vaname pertama dan sangat penting. Untuk memastikan budidaya udang yang aman dari penyakit hingga panen, maka wadah (tambak) dan media (air tambak) juga harus disterilisasi terlebih dahulu.
Tahap pembersihan tambak dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode basah dan kering yang bertujuan untuk membuang lumpur, kotoran, dan hama yang menempel di tambak.
Metode kering dapat menggunakan alat keras dan sikat untuk membersihkan lumut serta kerang yang menempel. Metode basah juga dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi untuk membersihkan secara keseluruhan.
Setelah itu, dilanjutkan dengan sterilisasi wadah. Tahap ini dilakukan untuk mendisinfeksi tambak dari patogen dan mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan pada udang.
Untuk sterilisasi tambak, desinfektan yang digunakan umumnya yaitu TCCA, kaporit, atau HCL 50%.
Proses sterilisasi air dimulai dengan tahap prefiltrasi air, di mana air yang masuk ke tambak harus difilter (200-300 mikron) terlebih dahulu untuk mencegah masuknya hama atau kontaminan lainnya.
Jenis desinfektan untuk tahap sterilisasi air dapat menggunakan TCCA, kaporit, KMNnO4, atau merek desinfektan komersil lainnya.
Panduan Lengkap Sterilisasi Tambak Udang
Penumbuhan Plankton
Saat air dan wadah sudah steril, langkah selanjutnya adalah membuat ekosistem yang sesuai dengan kondisi hidup udang. Air tambak harus ditumbuhkan planktonnya terlebih dahulu sebelum dilakukan penebaran benih udang (benur).
Plankton pada budidaya udang berfungsi sebagai pakan alami, pembentuk ekosistem, sekaligus pemberi warna air untuk peneduh udang. Untuk menumbuhkan plankton, air tambak harus diberi pupuk dan kapur.
Pemupukan dapat menggunakan pupuk organik atau anorganik dengan dosis yang tepat selama 1-2 minggu.
Selain itu, berikan juga kapur dari jenis dolomit, kapur tohor, dan juga kapur pertanian (kaptan). Pemberian kapur juga dapat menyesuaikan kondisi keasaman air tambak sesuai dengan rentang toleransi udang yaitu 7,8 - 8,5.
Tambak yang sudah siap ditebar benur ditandai dengan warna hijau atau kecoklatan.
Tahap Budidaya
Tahap ini adalah inti dari cara budidaya udang vaname. Pengelolaan yang baik akan menentukan keberhasilan panen.
Penebaran Benur
Benur udang yang ditebar harus memiliki sertifikat Specific Pathogen Free (SPF) yang menandakan bahwa benur tersebut memiliki ketahanan terhadap penyakit. Selain itu, penting juga untuk mengecek kredibilitas hatchery sumber benih berasal.
Secara teknik, benur perlu diadaptasi terlebih dahulu sebelum sepenuhnya ditebar ke dalam tambak. Adaptasi tersebut sering disebut dengan istilah aklimatisasi.
Aklimatisasi dapat dilakukan dengan mengapungkan plastik yang berisi benur di atas permukaan air tambak, serta secara perlahan mencampurkan air tambak ke dalam plastik
Lakukan penebaran benur di pagi atau sore hari agar suhu air tidak terlalu panas yang dapat menyebabkan benur stres.
Manajemen Pakan
Pakan adalah sumber nutrisi utama untuk pertumbuhan udang. Pemberiannya pun harus menyesuaikan ukuran bukaan mulut dan usia udang di tambak.
Oleh karena itu, terdapat beberapa jenis pakan yang digolongkan berdasarkan ukurannya seperti crumble, pelet, atau serbuk.
Kandungan nutrisi dalam pakan juga harus memenuhi syarat tertentu yang cocok untuk pertumbuhan udang. Nutrisi yang paling utama dari pakan udang adalah protein, yang harus berkisar antara 30-55%.
Dalam manajemen pakan, dikenal juga konsep efisiensi pakan. Konsep ini menghitung tingkat keefisienan pakan yang diberikan terhadap laju pertumbuhan daging udang. Umumnya efisiensi pakan disebut Feed Conversion Ratio (FCR).
Manajemen Kualitas Air
Biosecurity Tambak
Biosecurity tambak adalah segala upaya dan protokol yang dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit udang di tambak.
Biosecurity tidak berbentuk satu tahapan yang sekali dilakukan, melainkan upaya-upaya yang terdapat pada setiap aspek budidaya secara komprehensif dan berkelanjutan.
Beberapa contoh upaya biosecurity tambak yaitu:
- Sterilisasi air tambak
- Sterilisasi peralatan tambak
- Sterilisasi personil pekerja
- Pembatasan wilayah untuk tamu
- Pemasangan jaring untuk pencegahan hama
- dan lain-lain
Begini cara menjaga biosecurity tambak udang
Manajemen Molting
Molting merupakan salah satu proses alami dan paling penting dalam siklus hidup udang. Secara sederhana, molting adalah proses pergantian kulit atau eksoskeleton yang dilakukan udang untuk mengakomodasi pertumbuhan bobot tubuhnya.
Pada saat molting, udang berada dalam kondisi sangat lemah dan rentan terhadap serangan penyakit maupun kanibalisme dari udang lain. Kulit barunya yang masih lunak membutuhkan waktu tertentu untuk mengeras kembali. Oleh karena itu, penting bagi pembudidaya untuk memastikan bahwa lingkungan tambak mendukung proses ini secara optimal.
Salah satu faktor utama yang perlu dijaga adalah ketersediaan kalsium dan mineral penting lainnya di dalam air. Kandungan kalsium sangat berpengaruh dalam pembentukan dan pengerasan eksoskeleton baru. Jika kadar kalsium di dalam air terlalu rendah, proses pembentukan cangkang bisa terhambat, menyebabkan udang gagal molting (molting tidak sempurna), yang pada akhirnya dapat berujung pada kematian.
Kenali proses lengkap dan penanganan molting pada udang
Panen
Setelah melalui serangkaian proses budidaya yang panjang dan penuh perhatian, tibalah saat yang paling ditunggu oleh para petambak: tahap panen.
Agar panen memberikan hasil maksimal, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.
Indikator Udang Siap Panen
Udang vaname umumnya siap dipanen pada usia 100 hingga 120 hari, tergantung pada manajemen budidaya dan kualitas lingkungan tambak. Indikator utama udang siap panen adalah ketika berat rata-rata atau Average Body Weight (ABW) telah mencapai 15–20 gram per ekor.
Selain ukuran, kualitas visual juga penting: udang harus memiliki warna cerah dan cangkang keras. Hindari panen saat udang sedang molting atau masih memiliki kulit lunak, karena ini bisa menurunkan kualitas dan daya tahan pasca-panen. Idealnya, hasil sampling menunjukkan <5% udang dalam fase molting dan <10% udang berkulit lunak.
Waktu yang Tepat untuk Panen
Pemilihan waktu panen sangat memengaruhi kualitas hasil. Disarankan melakukan panen di pagi atau sore hari, ketika suhu lingkungan relatif rendah. Suhu tinggi dapat meningkatkan metabolisme udang, membuat mereka lebih mudah stres, dan berisiko mati lebih cepat. Oleh karena itu, menjaga udang tetap segar sejak pengangkatan hingga penanganan pasca-panen menjadi prioritas utama. Selain itu, proses panen sebaiknya dilakukan tidak lebih dari tiga jam untuk meminimalkan stres dan menjaga mutu produk akhir.
Dengan memperhatikan indikator kesiapan, jenis panen yang sesuai, dan waktu panen yang tepat, petambak dapat memaksimalkan hasil budidaya dan memastikan kualitas udang vaname tetap optimal hingga ke tangan konsumen.
Pertanyaan Umum Mengenai Cara Budidaya Udang Vaname
Berapa lama waktu budidaya udang vaname?
Proses budidaya udang vaname biasanya memakan waktu lebih dari 100 hari, atau sekitar tiga bulan, sebelum udang siap dipanen. Namun, pada kondisi tertentu seperti kepadatan tambak yang mendekati ambang batas, petambak dapat melakukan panen parsial lebih awal, tepatnya saat udang berusia 60 hingga 70 hari (Days of Culture/DoC), guna mencegah risiko kematian yang bisa disebabkan oleh kekurangan oksigen maupun nutrisi.
Berapa besar modal yang dibutuhkan untuk budidaya udang vaname?
Besaran modal yang dibutuhkan sangat bergantung pada jenis sistem budidaya yang dipilih. Sistem intensif dan supra-intensif cenderung membutuhkan biaya lebih tinggi karena memerlukan lebih banyak benur, pakan, dan pengelolaan kualitas air yang lebih ketat untuk mengatasi limbah organik yang meningkat.
Dalam menyusun anggaran, penting untuk memasukkan biaya seperti pembangunan tambak, instalasi listrik, pompa, aerator (kincir air), bangunan pendukung, serta pembelian benur dan pakan. Modal yang disiapkan sebaiknya disesuaikan dengan kapasitas finansial yang dimiliki oleh petambak.
Apa jenis pakan yang dikonsumsi udang vaname?
Pakan untuk udang vaname terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami meliputi mikroalga seperti Chaetoceros sp, Tetraselmis sp, Isochrysis sp, Nannochloropsis, dan Chlorella sp.
Sementara itu, pada sistem budidaya semi intensif hingga supra intensif, petambak lebih banyak mengandalkan pakan buatan. Pakan ini diformulasikan secara khusus agar mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan udang, termasuk protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, serta asam amino esensial.
Berapa padat tebar ideal untuk udang vaname?
Padat tebar yang ideal untuk udang vaname bervariasi tergantung pada sistem budidaya yang digunakan.
• Pada sistem tradisional, padat tebar yang disarankan adalah sekitar 10–30 ekor/m², di mana pertumbuhannya lebih alami dan pengelolaan kualitas air tidak terlalu intensif.
• Untuk sistem semi-intensif, padat tebar yang optimal berkisar antara 30–60 ekor/m². Pada sistem ini, pengelolaan air dan pakan lebih terkontrol, namun masih memungkinkan udang untuk tumbuh dengan cukup baik dalam kondisi lingkungan yang tidak terlalu padat.
• Sementara itu, pada sistem intensif, yang mengutamakan penggunaan teknologi dan kontrol yang lebih ketat, padat tebar bisa mencapai lebih dari 100 ekor/m². Sistem ini membutuhkan pengelolaan air dan pakan yang sangat cermat agar udang dapat tumbuh dengan optimal meskipun dalam kondisi yang lebih padat.
Apa perbedaan panen parsial dan panen total?
• Panen parsial adalah proses memanen sebagian udang yang telah mencapai ukuran pasar, sementara udang yang belum siap panen tetap dibiarkan di tambak. Panen ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan udang di tambak, sehingga sisa udang yang masih ada dapat tumbuh dengan lebih baik tanpa adanya persaingan yang terlalu ketat untuk oksigen dan pakan.
• Panen total dilakukan ketika seluruh udang di tambak telah mencapai ukuran yang diinginkan, atau siklus budidaya telah selesai. Dalam hal ini, semua udang dipanen sekaligus, yang sering dilakukan setelah mencapai berat rata-rata yang optimal atau setelah mencapai batas waktu budidaya. Panen total sering kali dilakukan jika hasil panen harus segera dipasarkan atau siklus produksi telah berakhir.