Pola Bisnis Perikanan Air Payau

| Sun, 08 May 2022 - 05:55

Perikanan budidaya air payau di Indonesia semakin digalakan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan lahan. Ekosistem tambak merupakan ekosistem buatan yang berfungsi sebagai sarana budidaya air payau. Perikanan budidaya air payau  merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan komoditas perikanan di lingkungan terkontrol serta mendapatkan hasil (keuntungan) dari kegiatan produksi.


Definisi Perikanan Budidaya Air Payau

Perikanan budidaya air payau merupakan budidaya ikan yang dilakukan dengan menggunakan media air payau, yang merupakan campuran antara air laut dan air tawar. 


Di muara sungai (estuarin) merupakan kawasan terjadinya pertemuan antara air laut dan air tawar, sehingga membentuk ekosistem estuarin yang memiliki kadar garam payau. Di daerah pesisir atau kawasan muara memiliki kadar garam relatif rendah, sehingga banyak dibangun tambak untuk membudidayakan ikan atau udang, sehingga budidaya ikan di air payau sering dikenal dengan istilah budidaya tambak.


Perikanan budidaya air payau memiliki pengertian yaitu membudidayakan ikan di perairan dengan perpaduan air tawar dan air laut secara alami di daerah muara sungai, di perairan ini banyak berbagai jenis ikan yang hidup untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sebagian ada ikan air laut yang beradaptasi di perairan air tawar dan sebaliknya, ada juga air tawar yang beradaptasi dengan perairan laut.


Baca juga: Inovasi Polikultur Kakap Putih dan Udang Windu Sumber Pendapatan Baru Petambak Tradisional di Kabupaten Pinrang


Kondisi bio- ecoregion yang mendukung perikanan budidaya air payau dengan topografi yang landai dengan tekstur tanah liat berpasir dengan Ph 5- 7 dan memiliki daerah pasang surut serta kualitas lingkungan perairan fisika, kimia dan biologi secara teknis dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk usaha perikanan budidaya air payau. Kualitas lingkungan perairan dengan salinitas 0-35 ppt, terdapat jenis plankton sebagai pakan alami untuk komoditas yang dibudidayakan. 


Komoditas perikanan yang dapat dibudidayakan pada air payau diantaranya: udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Penaeus merguiensis) udang vaname (Litopenaeus vannamei), bandeng (Chanos chanos), kepiting bakau (Scylla serrata) dan rumput laut (Gracilaria sp) dan masih banyak komoditas lainnya.


Manajemen Bisnis Perikanan Budidaya Air Payau

Manajemen bisnis dilakukan mulai dari aspek perencanaan. Pengelolaan tambak tidak hanya sebatas pada upaya untuk menghasilkan ikan, tetapi juga penting untuk menjaga kondisi lingkungan yang sesuai, pemilihan komoditas yang akan dibudidayakan, pengelolaan populasi, pemberian pakan, proses pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit, penanganan panen dan pasca panen, serta rantai pemasaran pada komoditas yang akan dipasarkan.


Pola bisnis ekosistem tambak untuk perikanan budidaya air payau berdasarkan diversifikasi pola budidaya dengan menggunakan sistem monokultur atau polikultur serta pola bisnis dari aspek teknis adopsi inovasi teknologi terbagi menjadi: super intensif, intensif, semi intensif, dan tradisional. Pola bisnis budidaya air payau dengan sistem usaha monokultur dan polikultur digunakan untuk memudahkan dalam penggunaan lahan.


Baca juga: Intensifikasi Lesatkan Produktivitas Tambak Bandeng


Sistem usaha budidaya monokultur merupakan sistem usaha budidaya dengan menggunakan satu jenis komoditas yang dilakukan dalam proses produksi  sedangkan sistem usaha budidaya polikultur merupakan suatu usaha budidaya dengan membudidayakan dua komoditas atau lebih pada lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa seperti budidaya air payau pada komoditas seperti udang, bandeng, dan rumput laut. 


Pola bisnis perikanan budidaya air payau dengan sistem polikultur diantaranya: (1) ikan bandeng dengan udang windu; (2) kepiting bakau dengan ikan nila; (3) Ikan bandeng dengan rumput laut. Pola bisnis perikanan budidaya air payau merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan resiko sekaligus untuk melindungi dari fluktuasi produksi dan harga produk pada saat panen raya.


Pola bisnis perikanan budidaya air payau yang dilakukan dengan sistem polikultur akan memberikan keuntungan (Total Revenue/TR) lebih tinggi dan menghindari terjadinya resiko pada saat biaya produksi (Total Cost/TC) terus mengalami peningkatan atau terjadinya penurunan harga pada ikan yang dibudidayakan. 


Titik keseimbangan (Equilibrium) merupakan titik temu produksi pada sistem polikultur, dimana ada keseimbangan dalam penggunaan input produksi untuk menghasilkan dua output produksi dengan waktu pemanenan yang berbeda.


Baca juga: Polikultur Udang Galah dengan Bandeng


Pola bisnis perikanan budidaya air payau berdasarkan adopsi inovasi teknologi diantaranya menggunakan:


1. Pola tradisional artinya pengelolaan lahan dengan menggunakan tenaga kerja yang bersifat padat karya dan dibatasi oleh keterbatasan lahan dan modal dalam proses produksi budidaya air payau, alat produksi masih bersifat tradisional

2. Pola semi intensif dimana pengelolaan budidaya air payau dilihat dari aspek tingkat padat tebar berdasarkan kondisi luas lahan tambaknya dan masih bersifat padat karya atau proporsi penggunaan hari orang kerja (HOK) lebih banyak dibandingkan dengan yang super intensif, penggunaan sarana produksi sebagian sudah bersifat modern

3. Pola intensif merupakan proses pengelolaan budidaya perikanan air tambak yang sudah menerapkan padat tebar yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang semi intensif dan diikuti dengan penggunaan adopsi inovasi dalam proses budidaya perikanan air payau

4. Pola super intensif merupakan pengembangan adopsi inovasi teknologi yang digitalisasi dengan menerapkan padat tebar yang tinggi dan bersifat padat modal.


Penggunaan sistem polikultur ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha perikanan dengan memanfaatkan dari dua komoditas yang berbeda tanpa harus menambah jumlah luas lahan. 


Namun, selain memberi peluang keuntungan yang besar, sistem polikultur juga memiliki resiko yang dapat mengganggu perkembangan salah satu komoditas bahkan kedua komoditas dalam proses produksinya. Resiko ini yang membuat beberapa pelaku usaha perikanan mulai meninggalkan sistem monokultur dalam usaha perikanannya dan beralih ke sistem polikultur.


Penulis: Atikah Nurhayati


Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Info Akuakultur. Ketepatan informasi dan efektivitas metode budidaya yang terdapat di dalamnya di luar tanggung jawab Minapoli.



Artikel lainnya