Persiapan Mapan, Tekan Kematian

| Tue, 13 Oct 2020 - 10:32

Berbagai macam faktor bisa menyebabkan kematian pada saat fase awal budidaya pembesaran lele, maka dari itu persiapan dan pencegahan wajib dilakukan pembudidaya

  

Ikan lele merupakan salah satu komoditas unggulan air tawar yang cukup digemari hampir seluruh penduduk Indonesia. Pasalnya, ikan berkumis satu ini mudah didapat dan harganya juga sangat terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat. Saat ini, lele di pasar tradisional dan modern dibanderol sekitar Rp 23 ribu -  27 ribu per kg, dengan ukurannya yang bervariasi 7 - 10 ekor per kg nya. 

 

Baca juga: Cara Ternak Lele Bioflok Sederhana Hasil Maksimal


Namun pada kenyataanya, lele–lele yang beredar di pasar telah melalui proses budidaya yang cukup panjang, dan telah di proses oleh para pembudidaya lele segmen pembesaran dengan berbagai risiko yang mengancamnya. Salah satu kendala yang dihadapi para pembudidaya dalam menjalankan usaha pembesaran lele, yakni kematian benih yang tinggi pada fase awal budidaya. Memperhatikan hal tersebut TROBOS Aqua telah menggelar seminar daring (Aquabinar) bertemakan “Menekan Kematian Benih Lele di Segmen Pembesaran” beberapa waktu lalu. 

 

Minimalisir Kematian

Dalam acara tersebut Susilo Hartoko selaku Ketua bidang lele dari Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI) yang juga salah satu pembicara menyampaikan kondisi aktual di lapangan. “Bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian benih lele difase awal pembesaran. Dari mulai persiapan kolam, manajemen air, manajeman pakan hingga kualitas benih,” tuturnya dalam acara itu. 

  

Terangnya lebih gamblang, melihat kini berbagai jenis kolam yang digunakan dalam membudidayakan lele tentu juga membuat persiapan yang berbeda-beda.  Hal ini yang terkadang disepelekan para pembudidaya dalam menjalankannya. 

 

Untuk kolam tanah, Ia katakan, persiapannya tentu berbeda dengan kolam terpal dan beton. Untuk kolam tanah, sebelum memasukan benih perlu dikeringkan terlebih dahulu, dan diberikan pupuk, serta kapur pertanian baru dialiri air, setelah diisi air didiamkan 3 - 4 hari baru benih siap masuk. Sedangkan untuk kolam terpal perlu di disinfeksi terlebih dahulu, dicuci, dan dijemur hingga kering bertujuan memutus rantai bakteri. “Persiapan kolam ini yang terkadang diabaikan oleh para pelaku usaha, ketika benih masuk kolam pembesaran lingkunganya tidak mendukung, sehingga mengakibatkan stres yang berujung pada kematian,” ungkap pria yang akrab disapa Susilo. 

  

Baca juga: Bagaimana Cara Menebar Benih Ikan Lele yang Baik dan Benar Agar Ikan Tidak Stres dan Mati?


Selanjutnya adalah, kualitas benih yang perlu diperhatikan dengan baik. Tak hanya ukurannya seragam akan tetapi asal muasal indukannya perlu diketahui bukan asal besar saja. Indukannya harus berasal dari balai yang memiliki Surat Keterangan Asal (SKA), sehingga benih yang dihasilkan berkualitas. 

 

Senada dengan Susilo, Hendi selaku Manajer Technical Aquaculture PT Leong Hup Jayaindo, yang juga pembicara dalam acara tersebut menyampaikan bahwa pemilihan benih lele yang unggul menjadikan hal yang penting dalam usaha budidaya lele segmen pembesaran. Benih yang unggul, Sambung Hendi, bisa diperoleh dari pembudidaya yang memiliki sertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Karena ikan yang diproduksi pembenih yang telah tersertifikasi kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan yang belum. 


Artikel Asli

Tentang Minapoli

Minapoli merupakan marketplace++ akuakultur no. 1 di Indonesia dan juga sebagai platform jaringan informasi dan bisnis akuakultur terintegrasi. Dengan memanfaatkan teknologi, pembudidaya dapat menemukan produk akuakultur dengan mudah dan menghemat waktu di Minapoli. Platform ini menyediakan produk-produk akuakultur dengan penawaran harga terbaik dari supplier yang terpercaya. Selain itu, bentuk dukungan Minapoli untuk industri akuakultur adalah dengan menghadirkan tiga fitur utama yang dapat digunakan oleh seluruh pembudidaya yaitu Pasarmina, Infomina, dan Eventmina.

Artikel lainnya