Gunakan Kincir, Profit Nila pun Mengalir

| Wed, 28 Apr 2021 - 08:48

Biaya operasional akan ikut meningkat, tapi hal itu bisa dimaklumi dengan profit yang meningkat berkali lipat


Penggunaan kincir sebagai alat bantu untuk meningkatkan kadar oksigen dalam air atau DO (dissolved oxygen), selama ini lumrah ditemui pada budidaya udang intensif dengan kepadatan tinggi. Sedangkan pada budidaya ikan air tawar, penggunaan kincir masih jarang ditemui. Padahal, penerapan teknologi itu bisa meningkatkan produktivitas sekaligus keuntungan hingga beberapa kali lipat.

 

Hal ini disampaikan Imanuel Dwi Kanta Nugraha, pembudidaya ikan nila asal Klaten –Jawa Tengah pada acara Aquabinar ke-9 beberapa waktu lalu. Menurutnya, penggunaan kincir pada kolam ikan nila, selain bisa meningkatkan kepadatan ikan di dalam kolam, juga bisa meningkatkan keuntungan 7 – 8 kali lipat. “Profitnya menjanjikan jika menggunakan kincir,” ungkap pria yang biasa disapa Nuel ini. 

 

Baca juga: KKP: Budidaya Ikan Nila dengan Kincir Tingkatkan Produktivitias


Peningkatan Produktivitas   

Dalam acara yang diadakan oleh TROBOS Aqua itu, Nuel membandingkan bagaimana performa kegiatan budidayanya sebelum dan setelah menggunakan kincir. Seperti sudah jamak diketahui oleh para pembudidaya, kelarutan oksigen di dalam air merupakan faktor pembatas dalam budidaya. Jika kadar oksigen bisa ditingkatkan, maka produktivitas budidaya juga bisa ikut meningkat. Hal itulah yang dilakukan oleh Nuel pada kegiatan budidayanya dalam beberapa tahun terakhir ini. 

 

Ia merasa budidaya yang dilakukann tanpa menggunakan kincir kurang begitu menuntungkan. Apalagi saat dilakukan pada lahan yang terbatas. 

Menurut Nuel, pada kolam ukuran 200 meter persegi (m2), ia bisa menebar bibit ikan nila Larasati ukuran 8 – 10 cm (20 gram) sebanyak 2 kuintal atau 12 – 13 ribu ekor. Sementara jika tidak menggunakan kincir, biomassa tebar yang bisa dilakukan hanya 50 kg. 

 



Dengan perbedaan jumlah padat tebar yang signifikan itu, volume hasil panen juga berbeda cukup jauh. Pada sistem budidaya ekstensif tanpa penggunaan kincir, jumlah panen yang didapat oleh Nuel sekitar 5 kuintal saja. Sementara setelah menggunakan kincir, panennya meningkat hingga mencapai 2,2 ton.

 

Pada kolam kecil ukuran 200 m2 itu, kincir yang digunakan cukup jenis mini-pad saja dengan daya 375 Watt. Menurutnya, kincir dengan kapasitas tersebut sudah optimal digunakan di kolamnya. “Jika ukuran kolam lebih besar, maka kincir yang digunakan juga memerlukan tenaga yang lebih besar lagi. Atau menggunakan lebih dari dua kincir mini-pad,” ujar pemuda yang juga menjadi Penyuluh Perikanan Bantu (PPB) ini.

 

Baca juga: KKP Ciptakan Inovasi Kincir Air Tambak Hemat Energi Berbahan Baku Lokal & Ramah Lingkungan


Selain bisa meningkatkan produktivitas kolam, penggunaan kincir pada budidaya ikan nila juga bisa memangkas waktu budidaya. Jika tidak menggunakan kincir, lama budidaya dari ukuran 50 gram hingga mencapai 250 gram atau lebih membutuhkan waktu 5 – 6 bulan. Sementara jika menggunakan kincir, waktunya lebih singkat jadi 4 – 4,5 bulan saja. “Dengan kadar oksigen yang cukup yang disuplai kincir, pertumbuhan ikan menjadi lebih cepat,” ungkapnya beralasan.

 

Namun meski bisa meningkatkan produktivitas dan keuntungan, penggunaan kincir, seperti penggunaan teknologi pada umumnya memerlukan biaya yang lebih besar. Baik biaya investasi maupun operasionalnya. Semula biaya operasional yang tidak mencapai Rp 10 juta untuk luas kolam 200 m2 itu, bisa meningkat 4 kali lipat, atau hampir mencapai Rp 40 juta setelah menggunakan kincir. Namun demikian, tentu saja keuntungan yang didapat juga meningkat.


Artikel asli


Artikel lainnya