• Home
  • Infomina
  • Ternak Ikan dan Rekreasi Peningkat Imun di Tangerang

Ternak Ikan dan Rekreasi Peningkat Imun di Tangerang

| Tue, 12 Jan 2021 - 13:54

Puluhan ikan lele berenang di dalam kolam yang terbuat dari semen di salah satu sudut perumahan Villa Grand Tomang, Tangerang. Tubuh-tubuh panjang mereka meliuk-liuk di antara air yang berwarna cukup pekat.


Tidak terlalu jauh dari kolam lele itu, sebuah perahu tertambat di tepi danau buatan di dalam kawasan perumahan. Warnanya biru dengan garis kuning dan merah pada lambungnya. Tampak kontras dengan warna air danau yang kehijauan, tetapi senada dengan warna saung di atasnya.


Pagar besi terpasang di sisi lain tepian danau, tepat di seberang perahu berwarna ngejreng tersebut. Pagar itu sebagai pengaman untuk warga perumahan, khususnya anak-anak.


Kolam ikan dan danau buatan serta taman di dalam kompleks perumahan itu dibuat atas inisiatif warga. Taman dan danau dibuat sebagai tempat bersantai, sementara kolam ikan lele dan nila untuk mencukupi kebutuhan pangan warga.


Baca juga: Pasar Ikan Modern Muara Baru, Destinasi Wisata Baru


Bahu Membahu Rawat Ikan

Seorang warga perumahan bernama Dimas, mengatakan, selain untuk dikonsumsi oleh warga, ikan lele dan nila yang dipelihara tersebut juga dijual. Uang hasil penjualan kemudian digunakan untuk membeli pakan ikan.


Perawatan ikan-ikan itu tidak terlalu sulit. Para warga secara bersama-sama menguras dan member makan ikan-ikan itu. Pengurasan kolam dilakukan setiap 15 hari sekali untuk menjaga kualitas air dan kesehatan ikan. Tapi, tak jarang pengurasan dilakukan lebih dari 15 hari, khususnya jika warga sedang sibuk.


Dalam perawatan budidaya ikan memang tidak semua warga ikut merawatnya hanya bapak-bapak saja atau remaja.


Warga setempat menggunakan pakan buatan yang kaya protein dan ramah lingkungan, sehingga air kolam pun tidak terlalu berbau. Hanya saja, harga pakan tersebut cukup mahal.


Warga lain bernama Yusuf, menambahkan, selain harganya cukup mahal, pakan yang digunakan juga berpengaruh pada masa panen. Masa panen ikan-ikan di perumahan itu menjadi lebih lama, yakni sekitar empat hingga lima bulan sekali.


Cerita Taman Tangerang (2)

Perahu dan saung yang ada di danau buatan sekitar Taman Lotus Perumahan Villa Grand Tomang, Tangerang. (Foto: Tagar/Danti Aulia)


Baca juga: Melihat Lebih Dekat Wisata Keramba Apung di Sumberkima Bali Utara


“Tetapi ini sangat berpengaruh karena jangka waktu panen yang lebih lama, menunggu sampai ikannya besar seperti standar ikan pada umumnya,” ujarnya.


Penggunaan pakan menghabiskan dana sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu per bulan. Itu digunakan untuk sekitar seribu hingga dua ribu bibit ikan.


Sementara, Taufik, Ketua RW 017 perumahan Villa Grand Tomang, Tangerang, mengakui metode pemeliharaan ikan di wilayahnya tersebut memiliki kekurangan, khususnya jika dibandingkan dengan pemeliharaan ikan lele secara konvensional.


Kekurangan yang paling menyolok adalah dari harga produk yang lebih mahal meski secara kualitas lebih bagus. Salah satu penyebabnya adalah kesukaan warga perumahan untuk mengonsumsi ikan berukuran cukup besar, sehingga waktu panen yang dibutuhkan menjadi lebih lama.


“Tapi di Tangerang jarang ada peminat yang besarnya seperti itu. Biasanya kalau yang ukurannya agak kecil lebih baik dibagikan kepada warga dibanding harus dijual. Rata-rata pembeli lebih suka yang besaran 4-5 ekor per kilogram, jadi waktu panennya lebih lama. Apalagi dengan sistem yang kita terapkan ini pakan pelet,” kata dia.


Ikan dengan pakan pellet pertumbuhannya berbeda dengan ikan yang diberi pakan jerohan atau bangkai ayam dan sejenisnya. Kata dia, ikan lele dengan pakan jerohan bisa dipanen dalam waktu kurang dari empat bulan.


Lamanya pemanenan otomatis membuat biaya pakan menjadi lebih besar, terlebih lele memiliki sifat kanibal. Jika terlambat diberi makan, mereka akan saling memakan.


Cerita Taman Tangerang (3)

Jembatan yang ada di atas danau buatan di sekitar Taman Lotus. (Foto: Tagar/Danti Aulia)


Meski memiliki kekurangan, Taufik menilai budidaya dengan metode ini masih memiliki prospek untuk dikembangkan. Syaratnya, harus dilakukan dalam skala besar.


“Kalau menurut saya, program ini bisa lebih efektif kalau skalanya lebih besar,” kata dia menegaskan.


Saat ini, lanjutnya, untuk menyesuaikan pasar yang sesuai keinginan masyarakat agak susah. Tetapi, jika nantinya harga ikan dengan pakan pelet dan pakan jerohan berbeda, budidaya ini bisa menjadi lebih menguntungkan.


Ikan hasil budidaya di perumahan itu untuk sementara hanya dijual pada pedagang yang membeli dalam skala besar. Mereka tidak melayani pembeli eceran karena kecenderungan ikan lele memiliki tingkat stres tinggi, yang akan terganggu ketika diaduk saat pengambilan ikan.


Baca juga: KKP-Pemkab Buleleng Resmikan Kampung Bandeng dan Agrowisata


Taman Rekreasi dan Kebun Sayur

Selain budidaya lele untuk ketahanan pangan yang bisa menjadi penguat imun di masa pandemi, warga perumahan juga membuat taman yang digunakan untuk berekreasi dan menanam beberapa jenis sayuran, seperti selada, terong, cabai, dll.


Taufik menjelaskan, awal warga menyepakati pembangunan taman dan danau itu hanya untuk dijadikan taman bermain saja. Warga bahkan melukis mural di tembok sekitar taman. Namun akhirnya, lokasi itu sekaligus menjadi tempat rekreasi warga.


Menurutnya, taman yang dinamai Taman Lotus itu dijadikan sebagai destinasi wisata kampung oleh pemerintah setempat karena sejalan dengan program mereka, yakni menciptakan ketahanan pangan dengan memanfaatkan lahan-lahan yang nonproduktif di masa pandemi.


Langkah semacam ini dinilainya sangat diperlukan di setiap perumahan, untuk menyadari pentingnya menjaga alam dengan merawat tanaman,memberi makan ikan dan sekadar membersihkan sampah dedaunan.


Sebagai rempat rekreasi, Taman Lotus terbilang unik karena lokasinya di dalam perumahan, sehingga tidak memerlukan biaya dan kendaraan. Sembari mengerjakan kerjaan atau tugas kuliah yang sedang work from home bisa duduk di saung untuk sekadar menghilangkan kejenuhan dari hiruk pikuk kehidupan.


Para pengurus RT dan RW juga menyediakan fasilitas untuk perawatan tanaman produksi tersebut, seperti pupuk kompos, benih, dll.


Cerita Taman Tangerang (4)

Sebagian tanaman pangan yang ditanam oleh warga di area Taman Lotus. (Foto: Tagar/Danti Aulia)


Baca juga: Desa Inovasi, Penopang Ekonomi Masyarakat Kelautan Perikanan


Sementara, untuk perawatan Taman Lotus, selain sumbangan dari warga juga ada bantuan dari Pemerintah Kota Tangerang dan pihak Kelurahan Periuk meski tak menentu waktu dan jumlahnya.


Taufik juga membeberkan rencananya terkait taman itu. Dirinya bersama seluruh pengurus mewacanakan untuk membuat semacam area permainan yang menggunakan danau buatan itu sebagai lokasi, seperti perlombaan perahu remote control.


“Mungkin kalau destinasi ini berkembang para pengurus bisa tingkatkan pertandingan yang lebih luas dan kemungkinan ada komunitas perahu remote yang akan bekerja sama,” kata dia.


Sementara, Lurah Periuk, Kosim, pernah menyatakan bahwa Taman Lotus tersebut akan dijadikan sebagai destinasi wisata kampung. Bahkan rencana itu sudah menjadi bagian dari program Pemerintah Kota Tangerang, termasuk program ketahanan pangan.


“Saat ini pemerintah kota Tangerang melakukan penerobosan yaitu yang berkaitan dengan ketahanan pangan. Bukan hanya ketahanan pangan,tetapi daerah-daerah yang dijadikan suatu inovasi baru, yah contohnya seperti Taman Lotus ini,” ucapnya seperti dikutip dari Channel Youtube IndoTVnews.


Menurut Kosim, lokasi itu mengalami perubahan dari tempat yang tadinya kumuh menjadi lokasi wisata atau rekreasi yang terawat.


Sumber: Tagar.id

Artikel lainnya