• Home
  • Infomina
  • Sistem Tandon, Teknik Jitu dalam Budidaya Udang

Sistem Tandon, Teknik Jitu dalam Budidaya Udang

| Fri, 24 Sep 2021 - 10:42

Kegiatan budidaya udang vaname saat ini menjadi primadona sebagian besar para pembudidaya. Hal ini dipicu karena budidaya udang vaname memiliki waktu panen yang relatif singkat dibandingkan komoditas perikanan lainnya. Jika dalam kondisi terbaik waktu panen berkisar 2-4 bulan. 


Salah satu pembudidaya yang menggeluti usaha budidaya udang vaname adalah Hamzah Sunre. Pembudidaya satu ini berasal dari Kel. Tandebura Kec. Watubangga Kab. Kolaka dan telah puluhan tahun berkarir di dunia usaha udang.  Mulai dari udang windu (Penaeus monodon) hingga yang sekarang udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Luas tambak miliknya hampir mencapai 6 ha yang dibagi ke dalam 5 petakan tambak pembesaran dan 2 petakan gelondongan.


Hasil budidaya ini telah membantu Hamzah Sunre menyekolahkan anaknya hingga  lulus dari perguruan tinggi. Bahkan sebagai pekerjaan utama yang terus digelutinya. 




Dalam kegiatan budidaya, ia masih menggunakan teknologi sederhana dan terus melakukan riset mengenai teknis budidaya udang vaname sampai sekarang. Beberapa teknik budidaya yang diaplikasikan Hamzah Sunre sebagai berikut :


Sistem Gelondongan

Sistem gelondongan yang dimaksud adalah melakukan penebaran benur udang vaname yang memiliki PL 7-8 di petak gelondongan. Petak gelondongan yang dimilikinya berukuran 50 x 15 m2. Benur udang dipelihara dengan pemberian pakan pelet sebanyak 1-2 sak. Kemudian dimasukkan ke dalam petak pembesaran jika usianya sudah mencapai waktu pindah (25 – 30 hari).


Pemindahan benur yang sudah berusia 25 – 30 hari dapat dilakukan dengan menghubungkan pipa dari petakan gelondongan ke tambak pembesaran. Hal ini dapat dilakukan, jika lokasi petakan gelondongan saling berdampingan dengan petakan pembesaran. Namun, jika tidak, dapat dilakukan dengan pemindahan secara manual. Tehnik ini cukup baik karena pertumbuhan udang relatif cepat. Teknik ini diaplikasikannya cukup lama dan telah menghasilkan berton-ton udang vaname.

Sistem Polikultur

Sistem polikultur merupakan sistem memelihara beberapa komoditas perikanan dalam 1 (satu ) petakan tambak. Dalam  pengaplikasiannya, Hamzah  memelihara ikan bandeng bersama dengan udang vannamei. Bandeng yang dimasukkan berukuran 2-3 jari. Hal ini dilakukan karena bandeng memiliki sifat dapat membentuk oksigen alami. Selain itu, bandeng juga dapat memakan lumut yang berlebihan, sehingga kadar oksigen di dalam air tidak jauh berkurang. 


Dalam aspek penebaran, tidak ditemukan masalah yang mana terlebih dahulu ditebar apakah udang atau bandengnya. Hal ini disampaikan sendiri oleh Hamzah. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa jika masih ragu, maka penebaran bandeng ukuran 2-3 jari itu bisa ditebar ketika usia udang mencapai 25 hari. 


Sistem Tandon

Sistem tandon merupakan sistem filterisasi air sebelum masuk ke tambak pembesaran. Berdasarkan pengalaman pak Hamzah. Sistem tandon merupakan sistem terbaik yang diaplikasikan di  tambak sederhana. Hal ini terbukti, karena baru-baru ini, dengan penebaran 50 ribu pada luas 1 ha mampu  panen dengan total 700 kg dan size 68. Lama budidaya 62 hari.  


Tata cara Sistem tandon yang diaplikasikan oleh pak Hamzah adalah sebagai berikut :

1. Memiliki dua petakan tambak yang lokasinya berdekatan. Milik pak Hamzah kebetulan berdampingan, sehingga antara petakan satu dengan petakan kedua hanya dihubungkan oleh pipa . Pipa ini berfungsi sebagai saluran masuk air dari tandon ke pembesaran.

2. Ukuran petakan tandon sebaiknya lebih luas dibandingkan dengan tambak pembesaran tujuannya adalah agar air di tandon tidak habis atau dapat mengering.

3. Di dalam tandon dibudidayakan ikan bandeng, ikan mujair, dan rumput laut jenis Gracilaria. Ikan bandeng berfungsi sebagai pembentuk oksigen alami di air. Sebab  ikan bandeng memiliki sifat bergerak (mobile), sedangkan untuk ikan mujair sendiri, selain sebagai pembentuk oksigen alami, juga sebagai antibiotik bagi udang. Lendir ikan mujair diyakini memiliki zat yang mampu sebagai anti virus, sedangkan untuk Gracilaria sebagai filter bagi bahan organik yang berlebihan.

4. Air yang masuk ke dalam petakan tandon sebaiknya didiamkan selama 7 hari. setelah waktu tersebut, maka dapat dialirkan ke tambak pembesaran. Boleh juga diberikan fermentasi dedak atau tepung tapioka ke dalam tambak pembesaran. Hal ini berfungsi sebagai pembentuk plankton. 


Manajemen Pakan

Seperti yang kita ketahui bahwa biaya operasional terbesar adalah pakan. Pakan dalam kegiatan budidaya bisa mencapai 80 – 85%. Harga pakan untuk daerah Watubangga sebesar Rp 365.000/ 25 sak atau sebesar Rp.14.600/kg. Untuk mengurangi biaya pakan, maka hamzah menyiasatinya dengan menggunakan pakan alternatif. 


Pakan alternatif yang digunakan adalah jagung giling dicampur dengan pakan pelet. Jagung giling yang sudah jadi kemudian direbus (10 menit). Setelah itu didiamkan hingga dingin. Bisa ditambahkan sedikit vitsin untuk menambah aroma. 


Pelet dan jagung giling yang diberikan  ke udang memiliki perbandingan 1 : 1 ( 1 kg  pelet, 1 kg jagung giling). Harga 1 kg jagung giling Rp 4.000 – 6.000 per kg. Ketika menggunakan 1 sak pakan tentu mengeluarkan biaya sebesar Rp 365.000, namun jika menggunakan jagung giling hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp. 257.500 – 270.000. Maka Cara ini tentu akan mengirit biaya pakan.


Penulis: Ashar Junianto

Profesi: Penyuluh Perikanan

Instansi: BRPBAP3 Maros

Artikel lainnya