Pakan Pada Budidaya Lobster (Panulirus Spp)

| Wed, 16 Sep 2020 - 15:30

Lobster atau udang karang (Palinurus spp.) merupakan salah satu makanan laut (seafood) yang paling berharga di dunia dengan daya tarik pasar yang tinggi di Asia, Eropa dan Amerika. Saat ini pasokan lobster di dominasi oleh hasil tangkapan dari alam, tingginya permintaan dari luar negeri membuat penangkapan semakin intens dilakukan.

Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, maka akan sangat membahayakan populasi lobster di alam jika tidak diimbangi dengan restocking atau budidaya lobster itu sendiri. Indonesia saat ini memang sedang menggiatkan usaha budidaya lobster. Walaupun demikian, lebih dari 90% hasil tangkapan benih lobster masih diekspor terutama ke Vietnam. Hal ini dapat terjadi karena budidaya pembesaran lobster di Indonesia salah satunya masih terkendala oleh ketersediaan pakan yang merupakan faktor krusial dalam budidaya.


Baca juga: KKP Perkenalkan Inovasi Pakan Pembesaran Lobster Pasir


Dedy Heryadi Sutisna Dosen Poltek AUP mengatakan, pakan memberikan kontribusi positif dan signifikan untuk meningkatkan produksi lobster, sehingga pakan yang diberikan harus mengandung kandungan nutrisi yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya, frekuensi dan teknik pemberian pakan yang tepat.

“Selain itu biaya produksi yang dikeluarkan untuk pakan juga sangat besar sehingga pengelolaan yang baik menjadi faktor kunci keberhasilan budidaya,” ujarnya.

Dedy melanjutkan, beberapa hal yang harus diketahui dalam melakukan memanajemen pakan dalam budidaya lobster adalah seperti kita mengetahui kebiasaan makannya, jenis-jenis pakan yang bisa kita berikan, dosis dan frekuensi pemberian pakan, serta apa saja yang perlu kita perhatikan dalam penyediaan pakan untuk budidaya lobster.


Kebiasaan Makan (Feeding Habit)

Lobster merupakan hewan nocturnal yang bersifat omnivora yang cenderung karnivora. Di alam, lobster memakan berbagai jenis organisme, baik yang hidup maupun mati, terutama jenis hewan yang tinggal di dasar perairan dan bergerak lambat seperti moluska (gastropoda dan bivalvia), ekinodermata (ekinonoid, asteroid, holoturoid), ophiroid dan krinoid (lili laut), krustasea, ikan, invertebrata lainnya dan alga. Kebiasaan makan Lobster ini membawa konsekwensi pada  konstruksi wadah budidaya yang akan digunakan baik secara on shore di kolam maupun secara of shore di dalam keramba jaring apung (KJA)

Jenis-Jenis Pakan Lobster

Banyak jenis pakan yang biasa diberikan untuk budidaya lobster, kata Dedy, diantaranya adalah seperti tiram, kerang-kerangan, bekicot, dan lain sebagainya yang biasa hidup disekitar budidaya Lobster secara alami. Akan tetapi sekarang orang cenderung menggunakan ikan rucah karena harga lebih murah. Selain itu jenis pakan yang biasa digunakan adalah pakan buatan sejenis pelet, walaupun harganya tidak murah.

Ikan Rucah

Pakan ikan rucah merupakan jenis pakan yang sering digunakan. Penggunaan pakan ini dikarenakan mudah didapatkan dan harga yang ekonomis atau terbilang masih murah. Akan tetapi jenis pakan ini dinilai masih belum efektif dikarenakan, karena kurangnya kandungan gizi dan bisa menghasilkan pigmentasi pucat pada lobster dewasa, juga berpotensi menimbulkan penyakit karena sisa pakan yang tertinggal di karamba bisa mendatangkan parasit yang merugikan bagi pertumbuhan lobster. Selain itu, ikan rucah juga hanya dapat ditemukan pada saat tertentu dan penggunaannya bersaing dengan manusia.

Cara pemberian pakan ikan rucah tidak sulit, ikan rucah tersebut diberikan pada sore hari menjelang malam. Pakan yang akan diberikan sebaiknya dipotong kecil-kecil terlebih dahulu.  Pakan ikan yang diberikan ditempatkan pada suatu wadah supaya tidak hanyut keluar dari karamba. Untuk pakan ikan yang berukuran sedang (lemuru, layang, tongkol) bisa diikat pangkal ekornya dan digantungkan di sekitar shelter supaya mudah dijangkau oleh lobster. Pakan harus diberikan secara merata di dalam karamba untuk menghindari lobster berkelahi karena berebut pakan serta menghindari kanibalisme.


Baca juga: Di Pulau Ini, Lobster Berhasil Dibudidayakan


Pakan Pelet

Pengembangan pakan buatan didasarkan pada beberapa pertimbangan diantaranya tingkat kesukaan lobster terhadap bahan pakan (food preference), kandungan nutrisi terutama protein, pigmen dan kehadiran growth inhibitors dalam bahan pakan. Penggunaan pelet untuk budidaya lobster juga dilakukan pada beberapa pembudidaya lobster. Pakan pelet yang digunakan adalah dari jenis pelet yang tenggelam.

Pemberian pakan jenis ini dinilai efektif karena pakan tersebut dibuat dengan formulasi yang tepat sehingga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan lobster. Hanya saja yang membuat pakan pelet banyak tidak digunakan adalah karena harganya yang mahal yang mengkhwatirkan akan memangkas keuntungan dikarenakan biaya operasional yang tinggi untuk pakan. Biasanya pembudidaya tidak menggunakan pakan pelet secara penuh dari pendederan hingga panen, akan tetapi mengkombinasikan pemberian pakan antara pakan pelet dan pakan ikan rucah. Selain itu kelemahan dari pakan pelet adalah mudah hancur ketika didalam air jika tidak langsung dimakan oleh ikan. Hal ini berkaitan dengan cara makan lobster yang suka mengguling-gulingkan pakan menyebabkan pakan hancur duluan.

Adapun contoh pelet yang akan disajikan pada foto 2 merupakan moist pelet yang digunakan pada penelitian pembesaran lobster. Penggunaan pelet ini di aplikasikan dalam pemeliharaan bak beton dilakukan di Nha Tirang University di Desa Bai kota Nha Trang, Vietnam. Untuk Pelet yang digunakan dapat dilihat pada foto 2.

Dosis dan Frekuensi

Dedy menjelaskan, pemberian pakan pada lobster dilakukan dengan memperhitungkan bobot total lobster per hari. Secara periodik dilakukan pengukuran berat total lobster untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan. Dosis pakan sebesar 15–20% dari bobot total per hari diberikan pada 30 hari pertama pemeliharaan. Pada pemeliharaan 30–60 hari dosis pakan yang diberikan adalah 20–25% dari bobot total per hari.

Selanjutnya, dosis pakan yang diberikan adalah sebesar 10–17% dari bobot total per hari. Frekuensi pemberian pakan juga bergantung pada ukuran lobster. Lobster yang berukuran kecil (< 200 gram) diberi pakan 2 kali per hari, sedangkan lobster berukuran besar (> 200 gram) diberi pakan 1 kali per hari. Pakan diberikan dalam jumlah yang lebih banyak (60–100 %) pada sore atau malam hari menyesuaikan sifat nokturnal dari lobster yang aktif mencari makan pada malam hari.

Penyediaan Pakan Lobster

“Kebutuhan pakan lobster rata-rata per hari sekitar 7% dari berat tubuhnya,” jelas Dedy.

Pada penyediaan pakan untuk budidaya lobster, lanjutnya, hal penting yang menjadi perhatian adalah bagaimana menjamin ketersediaan kandungan nutirisi pada pakan yang diberikan.

Antara kebutuhan nutrisi lobster dan juga kandungan nutirisi pada pakan harus disesuaikan. Menurut Dedy, penelitian yang dilakukan oleh Makasangkil et al (2017) menunjukkan bahwa lobster laut tidak dapat bertumbuh dengan baik dan juga bisa mengalami penurunan bobot jika ketersediaan protein pada pakannya kurang dari 60 % berat kering.


Baca juga: Menepis Keraguan Budidaya Lobster


Percepatan pertumbuhan lobster air laut akan ditandai dengan adanya molting mulai dari fase phylosoma dengan frekuensi dan kecepatan molting yang berbeda serta dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, tetapi pakan yang lebih utama. Peran molting sangat penting dalam pertumbuhan lobster, karena lobster hanya bisa tumbuh melalui molting. Salah satu yang bisa mempengaruhi dari terjadinya molting adalah kandungan kalsium. Maka semakin sering lobster molting, akan semakin cepat pula pertumbuhannya.

Menurut Dedy, dalam keterkaitan dengan pakan, usaha budidaya lobster masih ditemui beberapa kendala. diantaranya kematian akibat gagalnya proses molting, dan kematian akibat kanibalisme. Kanibalisme umumnya terjadi saat molting dan makanan kurang. “Hal ini terjadi karena pengerasan cangkang terlalu lambat, sehingga mengeluarkan aroma yang khas dan mengundang lobster lain untuk memangsa lobster yang sedang moulting. Keberhasilan molting sangat bergantung pada cadangan kalsium yang ada dalam tubuh lobster,” tambahnya.


Salah satu penyebab kegagalan molting adalah tidak berhasilnya lobster dalam proses gastrolisasi, yaitu penyerapan kalsium yang ada di dalam tubuh. Kalsium berperan besar dalam proses pengerasan kembali cangkang setelah terjadinya proses molting. Kalsium yang dibutuhkan oleh lobster mayoritas berasal dari pakan, namun lingkungan yang banyak mengandung kalsium dapat lebih mempercepat dalam memperkeras cangkang Lobster.

“Dari gambaran tentang pakan lobster di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa Pakan dalam budidaya lobster merupakan variabel yang penting dan sttrategi untuk mempengaruhi keberhasilan budidayanya. Oleh karena itu para calon pembudidaya Lobster yang lagi semarak saat ini, di dalam memilih lokasi untuk budidaya Lobster, persyaratan ketersediaan pakan secara berkelanjutan mutlak harus menjadi syarat utama. Misalnya perairan yang digunakan berlimpah dengan kerang-kerangan dan Tiram serta dekat dengan Pusat Pendaratan Ikan,” paparnya.


Artikel asli

Artikel lainnya