• Home
  • Infomina
  • Kuliah Aplikatif, Mahasiswa Perikanan Berkreasi Akuaskap di Laboratorium

Kuliah Aplikatif, Mahasiswa Perikanan Berkreasi Akuaskap di Laboratorium

| Thu, 11 Nov 2021 - 15:24

Menjadi mahasiswa perikanan tidak hanya berfokus pada pembelajaran secara teori saja. Berdasarkan pengalaman penulis, hampir di setiap mata kuliah mahasiswa perikanan selalu ada kegiatan praktikum. Salah satunya adalah mata kuliah Ilmu Tanaman Air dan Makroalga atau sering disebut Itama. Maklum saja, rata-rata nama mata kuliahnya panjang sehingga untuk memudahkan sering disingkat. 


Di dalam kegiatan praktikumnya, hal yang menarik adalah berkreasi akuaskap di laboratorium. Seperti akuaskap umumnya, media yang digunakan berupa akuarium berukuran persegi panjang yang ditempatkan di laboratorium. Namanya juga praktikum ilmiah, tentu saja praktiknya di laboratorium. 


Inilah yang dinamakan kuliah aplikatif. Belajar bukan sekadar teori, tetapi mengaplikasikan ilmu secara langsung melalui praktik. Praktik membuat akuaskap ini merupakan bagian pembelajaran cara merawat tanaman air disertai penerapan dasar-dasar ekologinya. Artinya, mahasiswa tidak hanya berkreasi menghias akuaskap menjadi estetik tetapi juga memahami hubungan timbal balik atau kehidupan dalam ekosistem di akuaskap tersebut. 




Memang sebagai orang awam, akuaskap hanya tampak sebagai akuarium yang dihias sedemikian rupa dengan ikan-ikan hias, tanaman air, atau hal lainnya yang membuatnya terlihat enak dipandang. Tetapi, bagi mahasiswa perikanan yang khususnya di bidang Manajemen Sumberdaya Perairan tidak bisa memandang akuaskap hanya dari satu sisi. Sebenarnya, terdapat ilmu biologi ataupun ekologi dalam ekosistem kecil di akuarium tersebut. 


Terjadi hubungan timbal balik antara biota dengan lingkungannya ataupun sesama biota di dalam akuaskap. Hubungan timbal antara kualitas air dengan ikan, pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman air, fungsi tanaman air sebagai habitat ikan, dan lainnya. Beberapa pengetahuan ini sifatnya dasar dan tidak banyak diketahui secara umum, terutama informasi bahwa tanaman air dalam akuaskap bukan sekadar penghias akuarium. 


Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia


Tanaman air memiliki peran sebagai fitoremediasi, yakni bagian akarnya mampu memfiltrasi dan menyerap bahan tersuspensi dalam air [1]. Beberapa tanaman air yang memiliki kemampuan tersebut di antaranya, eceng gondok, melati air, ganggeng (Hydrilla verticillata), Ludwigia repens, dan lainnya [2]. Hal ini membantu mengurangi kekeruhan air sehingga kualitasnya terjaga lebih lama. 


Maka dari itu, tidak mengherankan jika beberapa kolam atau perairan umum yang didesain sebagai akuaskap outdoor dilengkapi tanaman air. Selain mempercantik akuaskap, tanaman air tersebut bermanfaat menjernihkan air sehingga biasanya digunakan sebagai filtrasi alami pada pengelolaan air limbah. 


Menariknya lagi, beberapa minggu setelah akuaskap dibuat tanpa disadari muncul biota baru yang tidak pelihara namun hadir secara tiba-tiba. Biota tersebut adalah keong atau siput kecil yang dikenal Ramshorn Snail. Keong ini merupakan jenis keong air tawar yang dianggap sebagai hama karena populasinya yang mampu berkembangbiak secara cepat dan sulit dikontrol. 


Keberadaan biota tersebut diduga berasal dari telur-telur keong yang menempel pada tanaman air ataupun bebatuan penghias akuarium [3]. Apabila dibiarkan saja, hewan tersebut hanya akan menjadi hama. Solusinya, yaitu dengan mengambil keong-keong tersebut apabila jumlahnya masih sedikit. Jika jumlahnya terlampau banyak maka sebaiknya akuarium dibersihkan terutama pada dinding, tanaman, dan bagian-bagian lain yang kemungkinan menjadi tempat bertelur hewan tersebut. Sementara untuk mencegahnya, diusahakan untuk mencuci bersih semua tanaman ataupun ornamen yang digunakan sebagai penghias guna mencegah masuknya telur-telur keong ke dalam akuaskap.


Berkaitan dengan pemeliharaan akuaskap selama praktikum tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat menjadi pembelajaran sekaligus tips untuk merawat akuaskap dengan baik sebagai berikut:

1. Tentukan tema atau desain akuaskap yang akan dibuat sekaligus biota yang akan dipelihara beserta peralatan tambahan yang disesuaikan dengan karakteristik biota tersebut. Misalnya, apabila ingin menggunakan tanaman cahaya tinggi maka dibutuhkan penerangan (lampu) yang memiliki intensitas cahaya tinggi. Contohnya: 

2. Dipersiapkan air bersih yang telah didiamkan selama sehari agar air yang diperoleh lebih jernih. Hal ini juga berguna untuk melepaskan kandungan kaporit dalam air. Air yang digunakan sebaiknya berasal dari air kran atau sumber air lainnya yang tidak mengandung zat kapur.

3. Pastikan semua peralatan dan biota yang digunakan untuk akuaskap telah dibersihkan dengan baik.

4. Apabila sudah disusun hiasan dalam akuaskap sesuai desain, kemudian dipasang peralatan pendukung lainnya seperti aerator, filter air, ataupun lampu akuaskap.

5. Berikutnya, dilakukan pengisian air dengan cara tidak memasukkan biota secara langsung. Lebih baik membiarkan airnya jernih terlebih dahulu. Hal tersebut dikarenakan, setelah akuaskap ditata kemudian diisi air maka beberapa hiasan seperti bebatuan ataupun pasir dalam akuarium akan terangkat sehingga airnya menjadi keruh. Sebaiknya pengisian air dilakukan dengan tekanan yang rendah. Hal ini dapat pula mencegah kerusakan pada desain yang telah ditata.

6. Setelah dipastikan semuanya siap, biota-biota yang akan dimasukkan ke dalam akuaskap diaklimatisasi terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengadaptasikan ikan dengan habitat barunya. Caranya, yaitu biota yang masih diikat dalam kantong plastik dibiarkan mengapung di atas akuarium. Tunggu beberapa saat (sekitar 10-15 menit) kemudian biota tersebut dimasukkan ke akuarium secara langsung. 

7. Dalam pemeliharaannya, biota-biota tersebut diberi makan 2-3 kali sehari. Tidak kalah pentingnya pula, dilakukan penggantian air secara rutin agar air tidak mudah keruh dan apabila sangat kotor maka perlu dibersihkan secara menyeluruh. 


Referensi:

[1] Syafrani. 2007. Kajian pemanfaatan media penyaring dan tanaman air setempat untuk pengendalian limbah cair pada sub-DAS Tapung Kiri, Provinsi Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[2] Muflih A, Qonita Y, Hadiana. 2010. “Smart Aquarium” Akuarium dengan sistem geobiofilter untuk peningkatan efisiensi penggunaan air. repository.ipb.ac.id [diakses 10 November 2021].

[3] Anonim. 2019. Keong Ramshon : Hama Sekaligus Dibutuhkan. www.aquascapeindo.com [diakses 10 November 2021].

--- 


Penulis: Lia Sutiani

Profesi: Mahasiswa

Instnasi: IPB Univesity

Artikel lainnya