• Home
  • Infomina
  • IAC 2020, Forum Pakan Akuakultur Pertama di Indonesia

IAC 2020, Forum Pakan Akuakultur Pertama di Indonesia

| Wed, 21 Oct 2020 - 11:25

Industri akuakultur atau perikanan budidaya terus berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Rata-rata pertumbuhan industri ini lebih dari 10 persen per tahun sejak tahun 1970-an. Pada saat ini, produksi ikan dari sektor akuakultur sudah mencapai 52% dari produksi ikan global. Pertumbuhan akuakultur yang pesat tersebut memerlukan pasokan pakan yang memenuhi. Di Indonesia sendiri, jumlah produksi pakan ikan saat ini mencapai 2 juta ton per tahun. 


Di sisi lain, perkembangan industri pakan ikan dan udang (aquafeed) sedang menghadapi berbagai tantangan, terutama soal isu efisiensi dan keberlanjutan akibat semakin terbatasnya pasokan bahan baku tepung ikan sebagai bahan baku utama protein pada pakan. 


Oleh sebab itu, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) bekerjasama dengan Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) dan didukung oleh United State Soybean Export Council (USSEC) telah sukes menyelenggarakan forum daring pakan akuakultur tingkat nasional pertama di Indonesia dengan tajuk “Indonsesian Aquafeed Conference 2020: Quality, Efficiency & Credibility” melalui aplikasi pertemuan daring Zoom (13-14/10).


Forum yang juga didukung oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan ini bertujuan untuk memberi solusi dalam penyediaan pakan yang berkualitas dan kompetitif dalam mendukung kemajuan industri akuakultur di Indonesia. Karena komponen biaya untuk pakan dalam kegiatan akuakultur bisa mencapai 60 – 80 persen dari total biaya produksi. 


Baca juga: Kecukupan Pakan pada Benur


Peluang dan Tantangan Industri Pakan Akuakultur

Prof. Rokhmin Dahuri - Ketua Umum MAI

Dalam sambutannya, Ketua Umum MAI sekaligus tim penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan, Prof. Rokhmin Dahuri menyampaikan bahwa sampai tahun 2024, produksi akuakultur (ikan dan udang) akan mencapai 10,1 juta ton. Produksi tersebut akan membutuhkan pasokan tepung ikan sebagai bahan baku pakan sebanyak 763,8 ribu hingga 1,2 juta ton. 


“Untuk memproduksi tepung ikan ini, kita membutuhkan 4,6 samapi 6,9 juta ton ikan,” kata Rokhmin. Angka tersebut didapatkan dengan memprediksi komposisi kebutuhan tepung ikan pada pakan ikan sebesar 10 – 40 persen dan pada pakan udang sebesar 20 – 30 persen. 


Dengan target produksi auakultur dan kebutuhan bahan baku pakan sebanyak itu, Rokhmin menyarankan agar pemerintah membuat strategi untuk memastikan target tersebut akan tercapai dan berkelanjutan. Ia juga mendorong para pemangku kepentingan di industri pakan ikan akuakultur untuk mencari dan mengembangkan bahan baku alternatif yang lebih efisien dan berkelanjutan.


Slamet Soebjakto - Direktur Jendral Perikanan Budidaya

Sementara pada sambutan Menteri Kelautan dan Perikanan yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto menyebutkan bahwa target produksi akuakultur nasional akan mencapai 22,65 juta ton (termasuk rumput laut) pada 2024. Jumlah produksi tersebut akan membutuhkan pakan ikan dan udang sebanyak 12 – 13 juta ton. 

“Tentunya hal ini perlu didukung oleh ketersediaan pakan, baik dari pabrikan, maupun pakan mandiri,” kata Slamet mengutip sambutan Menteri KP.


Saat ini di Indonesia sudah ada 1.506 merk pakan ikan dan udang yang terdaftar di KKP. Semua merk pakan ikan dan udang tersebut terdiri dari 1.472 merk pakan dari industri dan importir, 19 merek dari pakan mandiri, dan 15 merek dari UPT yang dimiliki oleh KKP. 


Menurutnya, arah kebijakan pengelolaan pakan ikan nasional dalam Rencana Strategis KKP 2020-2024 adalah menuju ke arah pengelolaan yang mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan. “Mandiri, artinya secara bertahap kita harus mulai mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku pakan impor,” jelas Slamet. 


Baca juga: Alginat untuk Bahan Baku Pakan


Forum Indonesian Aquafeed Conference 2020 telah menghadirkan beragam informasi, inovasi, dan teknologi terkini terkait pakan akuakultur yang berasal dari narasumber dalam dan luar negeri yang berkompeten dan memiliki pengalaman yang berharga kepada 442 peserta dalam dua hari. 


Para narasumber tersebut menyampaikan beragam informasi untuk menjawab beragam tantangan di industri pakan akuakultur. Beragam informasi tersebut antara lain pencarian dan pengembangan bahan baku pengganti tepung ikan, penggunaan bahan baku alternatif berbasis tanaman, penggunaan dan pendataan bahan baku lokal, peningkatan efektivitas dan efisiensi pakan, optimalisasi produksi pakan dengan menggunakan teknologi-teknologi terbaru, hingga standardisasi dan sertifikasi produksi. 


Ahli nutrisi dari Guelph Universty, Prof. Dominique P. Bureau menyebutkan sedikitnya ada empat tantangan yang harus dihadapi oleh industri pakan akuakultur. Antara lain bagaimana memahami spesifikasi nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan budidaya, mencocokkan karateristik bahan baku dengan spesifikasi tersebut, membuat pakan yang bagus, dan memverifikasi pakannya melalui riset dan survey di lapangan. Untuk menjawab tantangan itu, Dominique menekankan kepada industri pakan akuakultur untuk memiliki pusat riset dan pengembangan (R&D) yang memadai. “Memiliki fasilitas R&D itu sangat bernilai,” ujarnya. 

Prof M. Agus Suprayudi - IPB University

Sementara menurut ahli nutrisi dari IPB University Prof. M. Agus Suprayudi, pakan ikan yang bagus harus memenuhi empat kriteria. Keempat kriteria itu antara lain bagus untuk ikan, bagus untuk lingkungan, bagus dari aspek keamanan pangan, dan bagus dari aspek bisnis yang bisa menguntungkan industri pakan, agen pakan, dan pembudidaya. “Di sini lah tantangan yang real bagi kita sekarang. Teknologi nutrisi dan pakan hanya bagian kecil. Yang terpenting bagian mana pakan yang bagus itu menguntungkan untuk semua,” jelas Agus. 


Seminar Nasional Aquafeed Pertama

Ketua Panitia IAC 2020 sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal MAI, Rully Setya Purnama, menyebutkan bahwa IAC 2020 merupakan salah satu langkah maju dalam dunia pakan akuakultur. Ini merupakan event pertama yang mempertemukan para pelaku usaha pakan akuakultur dengan berbagai narasumber yang sangat kompeten di bidangnya. Mulai dari pemilihan bahan baku, formulasi, proses produksi serta terkait dengan sustainability. 


Rully Setya Purnama - Organizer of IAC 2020

“Kami mengucapkan terimakasih atas dukungan seluruh pihak (GPMT, MAI, USSEC, KKP) dan para sponsor (Adisseo, Diana Aqua & DSM), sehingga acara ini bisa diwujudkan. Kegiatan ini rencananya akan diselenggarakan setiap tahun agar terus berkesinambungan dalam mendukung industri akuakultur di Indoneisa. Tahun depan jika kondisi sudah memungkinkan, penyelanggaraan akan dilakukan secara hybrid melalui event offline dan online,” kata Rully.


Haris Muhtadi - Ketua GPMT

Menurut Ketua GPMT Haris Muhtadi, industri akuakultur tanah air sangat tangguh dalam menghadapi pandemi Covid-19. Banyak negara produsen perikanan dunia yang mengalami penurunan produksi secara drastis akibat pandemi ini. Tetapi industri akuakultur Indonesia justru tidak terdampak secara signifikan. Oleh karena itu kondisi ini perlu menjadi motivasi bagi industri pakan untuk terus mendukung pertumbuhan akuakultur nasional dengan menghadirkan pakan yang efisien dan berdaya saing.


Baca juga:  Mengukur Bisnis Pakan Akuakultur


Haris juga turut mengapresiasi atas keberhasilan acara IAC perdana tersebut. Menurutnya IAC 2020 berhasil secara kualitatif dan kuantitatif dan akan sangat bermanfaat bagi peserta dan industri pakan akuakultur. “Secara kuantitif pesertanya lebih dari 400 orang. Secara kualitatif pembicara level internasional, baik pembicara asing maupun lokal. Pokok bahasan yang disapampaikan bervariasi dan fokus pada aquafeed, formula dan produksi, dan juga pemilihan bahan baku pengganti fishmeal. Diskusinya pun sangat bermutu,” ujar Haris.


Apresiasi juga disampaikan oleh USSEC Indonesia Aquaculture Technical Contractor & Manager, Pamudi. Menurut Pamudi, USSEC bangga sebagai co-promotor dan sponsor dalam kegiatan Indonesian Aquafeed Conference 2020.  “USSEC akan senantiasa konsisten dalam mendukung (secara teknis) pengembangan industri akuakultur skala besar di Indonesia untuk meningkatkan kualitas, efisiensi dan daya saing,” terang Pamudi. 




Artikel lainnya

Terkini 

Desa Inovasi, Penopang Ekonomi Masyarakat Kelautan Perikanan

Minapoli

1421 hari lalu

  • verified icon2095
Terkini 

USDA Approves Cargill’s Plant-Based Fish Oil Alternative

Minapoli

1712 hari lalu

  • verified icon2037
Terkini 

Mengenal Fitoplankton, Produsen Oksigen Terbesar di Bumi

Minapoli

1075 hari lalu

  • verified icon2536
Terkini 

Silvofishery, Alternatif Pelestarian Hutan Mangrove

Minapoli

1065 hari lalu

  • verified icon2007