• Home
  • Infomina
  • Bisnis Marine Culture Solusi Percepat Pembenihan Ikan

Bisnis Marine Culture Solusi Percepat Pembenihan Ikan

| Mon, 26 Oct 2020 - 17:16

Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) University Irzal Effendi menyatakan, bisnis marine culture lebih menarik dan menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan. Bisnis dari cabang akuakultur yang berkembang di era 90-an ini mulai digemari ketika teknologi pembenihan ikan kerapu secara massal ditemukan.

 

Namun, menurut beliau, masih ada tantangan yang perlu dihadapi seperti pemeliharaan ikan kecil dan pengkulturan pakan alami ikan. Tantangan lainnya adalah ancaman eksternal karena ekosistem di dalam karamba bersatu dengan laut lepas.

 

"Penggiat marine culture dapat sedikit bernapas lega karena dalam pengelolaannya, masalah buangan atau limbah dapat lebih mudah diatasi bila tidak melebihi daya dukung sumber dayanya," kata Irzal melalui keterangan tertulis, Senin, 5 Oktober 2020.


Baca juga: KKP Resmikan Kawasan Hatchery Ikan Laut Modern di BPBL Ambon


Limbah buangan, lanjut dia, dapat tereliminasi dengan cepat di lautan apabila pemilihan lokasi usahanya tepat dan sesuai. Ia juga mengatakan, dalam bisnis marine culture, siklus pembenihan lebih cepat dan kinerja ekonomi lebih baik. Dengan begitu, payback period lebih menguntungkan sehingga dapat lebih cepat mendongkrak perekonomian masyarakat.

 

"Contohnya adalah masyarakat di pesisir pantai utara Bali, hasil budidaya ikan kerapu dan bandengnya telah diekspor ke mancanegara dan menyumbang sebagian besar devisa negara," jelasnya.

 

Bisnis marine culture bisa jadi salah satu alternatif budidaya perikanan. Meskipun, CEO Iwake sekaligus alumni Departemen Budidaya Perairan, Agus Purnomo Wibisono mengatakan selama pandemi tidak ada masalah khusus yang terjadi dalam proses budi daya perikanan.

 

Baca juga: Kolaborasi Riset Air Tawar


Market ikan air tawar tetap stabil. Kendati, beberapa komoditas yang disuplai ke hotel, restoran, dan katering terjadi penurunan 80 sampai 100 persen serta penurunan harga dalam beberapa bulan menjelang lebaran.

 

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI) Imza Hermawan, mengatakan tantangan utama pada budidaya ikan adalah belum ada pembenihan berskala besar. sementara, permintaan pasar sangat tinggi.

 

Peran APCI sendiri saat ini lebih mengarah pada ekspor ikan lele dan patin yang perdana dilakukan oleh anggotanya ke Saudi Arabia di tahun 2018-2019. Sayangnya, tahun ini terpaksa dilakukan pemberhentian ekspor karena pandemi.


Sumber: Medcom.com

 

Artikel lainnya