Cara Budidaya Udang Intensif serta Efisien

| Mon, 28 Apr 2025 - 18:55

Budidaya udang secara intensif berarti membudidayakan udang dengan padat tebar tinggi untuk meningkatkan produktivitas semaksimal mungkin.


Selain itu, udang sebagai komoditas ekspor juga terpengaruh perubahan regulasi perdagangan global. Kondisi ini mendorong para pelaku akuakultur untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. 


Cara budidaya udang intensif bukan hanya sekadar meningkatkan kepadatan tebar, tetapi juga mencakup pengelolaan sistem tambak yang lebih modern, terukur, dan presisi. Konsep efisiensi harus memberikan hasil yang setara atau lebih besar dari investasi yang dikeluarkan. 


Tata Cara Budidaya Udang Intensif


Persiapan Tambak & Sterilisasi

Cara budidaya udang intensif di awal adalah menyiapkan tambak secara menyeluruh untuk menciptakan lingkungan yang optimal. Dasar tambak perlu dikeringkan terlebih dahulu lalu dibersihkan dari kotoran, seperti lumut, lumpur, dan hama lainnya.


Setelah itu, lakukan sterilisasi menggunakan desinfektan untuk membilas penampang wadah tambak.


Lalu, air dimasukkan secara bertahap. Proses ini disertai dengan sterilisasi air menggunakan kaporit atau bahan desinfektan lainnya guna membunuh mikroorganisme yang berpotensi merugikan. Air kemudian diendapkan selama beberapa hari untuk menghilangkan sisa-sisa desinfektan.


Pemilihan Benur

Idealnya, benur yang digunakan berasal dari hatchery bersertifikat dan memiliki status SPF (Specific Pathogen Free) atau SPR (Specific Pathogen Resistant). Selain itu, benur harus aktif, responsif terhadap rangsangan, serta tidak memiliki cacat fisik, dan memiliki usus yang penuh.


Sebelum ditebar, benur harus melalui proses aklimatisasi untuk menyesuaikan diri dengan suhu dan salinitas air tambak. Penyesuaian kepadatan disesuaikan dengan kapasitas aerasi, sistem sirkulasi, dan manajemen air yang tersedia.


Biosecurity dan Pengendalian Penyakit

Penyakit merupakan salah satu penyebab utama kerugian massal dalam budidaya udang, seperti AHPND, WSSV, dan EHP. Cara untuk mengatasi penyakit tersebut sebelum menyerang adalah dengan deteksi sejak dini.


Deteksi penyakit sejak dini dapat menjadi cara untuk mengantisipasi risiko kematian udang serta panen darurat. Dengan mendeteksi penyakit secara rutin, petambak dapat mengatasi bibit penyakit bahkan sebelum muncul gejala dan menghindari kerugian.


Selain itu, upaya biosecurity lain juga dapat dilakukan seperti sterilisasi sarana budidaya serta pakaian pekerja dan monitoring kesehatan udang secara rutin.


Monitoring Kualitas Air

Monitoring harus dilakukan setiap hari untuk memastikan parameter seperti suhu, pH, oksigen terlarut (DO), salinitas, dan kadar amonia berada dalam rentang optimal. Suhu ideal berkisar 28–32°C, pH antara 7,5–8,5, DO di atas 4 mg/L, dan salinitas 15–30 ppt tergantung fase pertumbuhan. 


Untuk mendukung stabilitas air, sistem aerasi dijalankan menggunakan kincir air atau blower. Selain itu, pemberian probiotik sebagai bakteri baik pada air budidaya juga dapat menjadi opsi untuk menjaga kualitas air udang dan mencegah dominasi patogen.


Pengelolaan Pakan

Pengelolaan pakan juga perlu diatur agar dapat menghasilkan angka FCR seefisien mungkin.

Pada fase awal (DOC 1–10), pakan diberikan dengan metode blind feeding, tanpa program pasti dan menyesuaikan ketersediaan pakan alami. Tujuannya untuk meningkatkan survival rate, menyamakan ukuran udang, dan mengenalkan benur pada pakan buatan jenis powder.


Di usia DOC 10–30, digunakan metode kombinasi blind feeding dan demand feeding. Ini membantu transisi ke pemberian pakan berdasarkan pengamatan. 


Setelah DOC 30 hingga panen, pemberian pakan sepenuhnya menggunakan metode demand feeding. 


Memperkecil Risiko dengan Deteksi Penyakit Dini

Deteksi penyakit secara dini menjadi langkah penting dalam meminimalkan risiko kegagalan budidaya udang. Penyakit seperti AHPND dan EHP bisa menyebar cepat dan merugikan, bahkan sebelum gejala terlihat jelas. 


Dengan melakukan deteksi sejak awal, petambak bisa langsung mengambil tindakan pencegahan sebelum penyakit menyebar luas di kolam.


Salah satu petambak Indonesia merasa terbantu dengan alat ini, dengan mengetahui penyakit EHP lebih dini mereka bisa fokus untuk menambah treatment pada kolam yang terkena EHP dan mencegahnya menular ke petakan yang lainnya sebelum penyakit muncul gejala yang lebih parah.


Pengujian di Tambak Kini Lebih Terjangkau dan Praktis

Kit RAPID dari Forte Biotech menjadi solusi cerdas bagi petambak yang ingin meningkatkan respons terhadap ancaman penyakit udang. Dengan kemampuan mendeteksi penyakit langsung di lokasi tambak, petambak tidak lagi harus bergantung pada laboratorium eksternal yang memakan waktu dan biaya. 




Hasil tes yang keluar dalam waktu kurang dari satu jam memungkinkan langkah penanganan bisa dilakukan segera, sehingga risiko penyebaran penyakit dapat ditekan sejak awal.


Keunggulan utama RAPID Test Kit terletak pada efisiensi dan kemudahan penggunaannya. Teknologi LAMP PCR yang digunakan memiliki tingkat akurasi tinggi, setara dengan PCR konvensional, namun jauh lebih praktis. 


Dengan alat ini, petambak bisa lebih proaktif dalam menjaga kesehatan udang, merancang strategi pakan, dan menyesuaikan pengelolaan air berdasarkan kondisi terkini. Kecepatan dalam mendeteksi dan menangani penyakit bukan hanya menyelamatkan panen, tapi juga meningkatkan keberlanjutan dan profitabilitas budidaya secara keseluruhan.


Artikel lainnya