• Home
  • Infomina
  • Budidaya Udang Berkelanjutan dengan Pengendalian Lingkungan

Budidaya Udang Berkelanjutan dengan Pengendalian Lingkungan

| Fri, 25 Jun 2021 - 10:59

Daya dukung merupakan kemampuan lahan perairan untuk menampung limbah dari aktivitas budidaya tanpa mengakibatkan kerusakan lingkungan sehingga lahan perairan dapat tetap berfungsi sebagai resistensi dan resiliensi.


Tambak udang tradisional dengan padat tebar sangat rendah (20-60 ekor/m2) dan mengandalkan pakan alami yang tersedia di alam sangat jarang bahkan hampir tidak pernah mengalami permasalahan kualitas air dan lingkungan. Namun harus tetap memperhatikan kondisi lingkungan perairan untuk sumber air tambak.



Tambak udang intensif

Ketika budidaya mulai dengan sistem kepadatan udang dengan jumlah tinggi (>100 ekor/m2), nilai daya dukung perairan tambak menjadi sangat terbatas. Keterbatasan oksigen akibat masukkan beban perairan yang berasal dari pakan dan limbah organisme membuat kondisi lingkungan melebihi daya dukung perairan secara alami. 


Oleh karena itu, diperlukan masukkan teknologi yang tepat untuk dapat menjaga parameter lingkungan perairan tambak agar tetap stabil sehingga lingkungan perairan tambak tetap dapat mendukung pertumbuhan udang dengan baik.


Secara umum, kualitas air yang menjadikannya parameter wajib diperhatikan oleh petambak saat budidaya yang dilakukan dengan sistem semi-intensif, intensif, dan super-intensif dengan kata lain karena faktor padat tebar yang tinggi.



Cek pertumbuhan udang dan nafsu makan melalui anco


Produktivitas tinggi dengan penerapan padat tebar tinggi maka tujuan investasi untuk mendapatkan keuntungan yang besar dapat mudah tercapai. Namun, orientasi produktivitas tersebut akan menimbulkan masalah apabila prinsip-prinsip budidaya perikanan secara berkelanjutan tidak diterapkan dengan baik. 


Beberapa prinsipnya yaitu melakukan pencegahan intrusi hama dan penyakit melalui biosekuriti serta bertanggung jawab mengolah limbah yang dihasilkan.


Baca juga:  Lebih Siap Tebar dengan Nursery


Pengolahan limbah dalam satu sisi memang mengorbankan lahan, tenaga, dan finansial, namun bila dilaksananakan dengan benar maka akan mengurangi resiko terkena beberapa infeksi penyakit pada udang yang akhirnya bisa menekan resiko kerugian pada pemilik tambak dan menjadikan bisnis budidaya udang berkelanjutan.


Pengolahan limbah budidaya udang sangat diperlukan untuk mejamin keberlanjutan ekosistem disekitarnya terutama untuk budidaya skala intensif dan superintensif. Pengolahan limbah harus dimulai sejak perencanaan konstruksi dan diterapkan secara kontinu.


Karakteristik limbah dari budidaya udang yaitu berukuran mikro, dinamis, berdampak luas penyebarannya, serta efek jangka panjang. Selain itu, kualitas limbah sangat bergantung terhadap beberapa faktor yaitu: volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah.


Permasalahan utama dalam air limbah tambak adalah tingginya partikel bahan organik, serta tingginya kandungan unsur N (nitrogen) dan P (phosfat) yang dapat meningkatkan kesuburan perairan. 


Baca juga: Peluang Bisnis Budidaya Udang Windu Organik


Meningkatnya limbah padat dalam sistem budidaya yang dapat mengakibatkan penurunan oksigen terlarut dan meningkatkan kadar ammonia akibat adanya proses dekomposisi bahan organik yang bersifat toksik. Oleh karena itu, air limbah tambak harus dikelola secara baik dengan menerapkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL).


Teknologi pengelolaan air limbah sudah banyak diterapkan di Indonesia seperti sistem resirkulasi, ozonisasi, ultraviolet, kontruksi lahan basah, dan sistem biologis (lumpur aktif). Pengolahan air limbah tersebut harus sesuai dengan standar baku mutu effluent limbah budidaya menurut kementerian lingkungan hidup. 


Beberapa parameter utamanya yaitu TSS (total suspended solid), TOM (total organic matter), total N, phosfat, dan BOD5 (biochemical oxygen demand).



Saat ini, telah dikembangkan penerapan teknologi super intensif IPAL. Upaya yang dilakukan dalam penerapan IPAL dengan membuat kolam perlakuan air limbah yang terdiri dari kolam pengendapan, oksigenasi, biokonversi, dan penampungan. Kolam pengendapan sebagai tempat penampungan air limbah pertama kali untuk menurunkan kadar TSS dan bau busuk dari H2S. Kemudian kolam oksigenasi untuk menaikkan oksigen terlarut dan menurunkan kadar BOD. 


Selanjutnya limbah masuk ke kolam biokonversi untuk mengubah nutrien yang dapat sebabkan eutrofikasi menjadi bermanfaat buat organisme lain. Perlakuan terakhir air limbah masuk ke kolam penampungan untuk selanjutnya dibuang ke laut.


Sumber: harvestariake.co.id


Artikel lainnya