• Home
  • Infomina
  • Kebutuhan Oksigen Terlarut Tambak dan Pengaruh pada Udang

Kebutuhan Oksigen Terlarut Tambak dan Pengaruh pada Udang

| Mon, 28 Apr 2025 - 19:01

Dalam dunia budidaya udang, kadar oksigen terlarut tambak adalah parameter yang perlu dikendalikan secara intens.


Oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) merujuk pada jumlah oksigen yang tersedia di dalam air dan digunakan untuk proses respirasi udang dan organisme akuatik lainnya. DO menjadi parameter vital yang harus selalu dipantau, karena peranannya menyentuh hampir seluruh aspek fisiologis udang, mulai dari pernapasan hingga kemampuan bertahan terhadap penyakit. 


Artikel ini akan membahas mengenai pengaruh oksigen terlarut pada udang serta manajemennya di tambak.


Pengaruh Oksigen Terlarut Tambak pada Udang

Penurunan kadar oksigen terlarut tambak menyebabkan stres fisiologis yang dapat ditandai dengan nafsu makan yang menurun drastis, pertumbuhan yang lambat, serta imunitas yang melemah.


Termasuk, nafsu makan udang yang sangat sensitif terhadap perubahan DO. Ketika kadar oksigen menurun di bawah 4 mg/L, udang mulai enggan makan. 


Jika DO terus turun hingga menyentuh 2 mg/L, maka udang bisa berhenti makan total dan menjadi pasif. Ini bukan hanya memperlambat pertumbuhan, tetapi juga memperbesar risiko infeksi patogen karena menurunnya sistem kekebalan dan rentan stres.


Selain itu, oksigen terlarut juga merupakan faktor pembatas metabolisme. Artinya, secepat apapun udang menerima nutrisi dari pakan, jika oksigen dalam air terbatas, maka metabolisme akan tertahan. Udang tidak dapat memproses energi secara optimal, yang pada akhirnya berdampak pada sintasan dan produktivitas panen.


Sebaliknya, jika kadar oksigen terlarut tambak optimal, maka memungkinkan pakan dikonversi lebih efisien menjadi daging, mempercepat pertumbuhan, dan mengurangi rasio konversi pakan (FCR).


Kebutuhan Oksigen Terlarut Tambak

Kebutuhan oksigen terlarut tambak tidak bersifat tetap, namun sangat bergantung pada padat tebar udang. 


Tambak dengan padat tebar tinggi (misalnya >100 ekor/m²) tentu memerlukan kadar oksigen terlarut yang lebih besar dibanding tambak dengan kepadatan rendah. 


Menurut beberapa sumber, kebutuhan oksigen dapat mencapai 5-6 mg/L pada tambak intensif, terutama saat malam hari ketika tidak ada bantuan fotosintesis dari fitoplankton.


Jumlah oksigen yang dibutuhkan pun meningkat seiring pertumbuhan biomassa udang. Saat udang bertambah besar, mereka memerlukan lebih banyak oksigen untuk mendukung metabolisme dan aktivitas fisiknya. 


Hal Ini membuat oksigen terlarut sebagai parameter yang dinamis, dan tidak bisa disamakan sepanjang siklus pemeliharaan.


Manajemen Oksigen Terlarut Tambak

Menjaga kestabilan oksigen terlarut tambak adalah tanggung jawab harian dalam manajemen budidaya. 


Salah satu langkah awal yang paling penting adalah pengujian kualitas air secara rutin, baik pagi maupun sore hari. Pemantauan ini tidak hanya untuk melihat kadar DO, tetapi juga untuk membaca tren harian yang bisa menunjukkan potensi penurunan kadar oksigen akibat hujan, suhu tinggi, atau dekomposisi bahan organik.


Petambak tentu mengenal fungsi blower atau kincir air untuk menjaga kadar oksigen terlarut tambak. Keduanya membantu meningkatkan aerasi dan memastikan distribusi oksigen merata di seluruh kolam. Terutama pada malam hari, ketika fotosintesis berhenti dan aktivitas respirasi meningkat, peran aerator menjadi sangat krusial.


Selain itu, manajemen mikroorganisme dalam tambak tidak boleh diabaikan. Mikroba seperti bakteri pengurai bahan organik memerlukan oksigen dalam jumlah besar untuk melakukan dekomposisi. 


Jika tidak dikontrol, mereka bisa bersaing dengan udang dalam menggunakan oksigen terlarut tambak, yang akhirnya menurunkan ketersediaan bagi udang sendiri. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan populasi mikroorganisme dengan cara mengontrol sisa pakan, limbah, dan melakukan probiotik secara bijak.


Artikel lainnya